Senin 09 Jul 2012 22:17 WIB

Kisah Sahabat Nabi: Usaid bin Hudhair, Jagoan yang Dicintai Malaikat (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Wordpress.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ayah Usaid, Hudhairul Kata’ib termasuk pahlawan yang sangat gigih menentang keangkuhan dan kecongkakan Yahudi. Kegigihan dan keberanian itu mendatangkan kekaguman di kalangan kaumnya.

Bagi Hudhair, tidak ada persahabatan dengan dedengkot-dedengkot Yahudi yang dikenalnya rakus dan selalu menghalalkan segala cara. Sikap yang tegas tanpa kompromi itu mengalir ke putranya. Wajar kalau darah kepahlawanan seperti itu pun dimiliki juga oleh Usaid bin Hudhair.

Awal keislaman Usaid

Ketika Mush’ab bin Umair diutus Rasulullah ke Madinah, untuk membina kelompok Anshar yang telah berbaiat kepada Nabi di Baitul Aqabah pertama, berita kedatangan beliau sudah sampai juga ke telinga Usaid.

Mush’ab bin Umair tinggal di rumah As’ad bin Zurarah, seorang bangsawan suku Khazraj. As’ad kebetulan keluarga dekat Sa’ad bin Mu’adz (anak bibinya). Sedang Sa’ad bin Mu’adz adalah sahabat Usaid bin Hudhair di tampuk kepemimpinan suku Aus.

Di rumah itu, keberadaan Mush’ab bin Umair dijamin. Di rumah itu pula Mush’ab menebarkan dakwah Islamiyah dan menyampaikan berita gembira mengenai Nabi Muhammad SAW.

Tidak sedikit penduduk yang mendatangi majelis Mush’ab. Gaya bicaranya yang menawan, hujjahnya yang jelas dan masuk akal, ditambah dengan halus budinya, membuat daya tarik yang kuat bagi penduduk Yatsrib. Apalagi sinar iman di wajahnya menyejukkan siapa saja yang memandangnya.

Di atas semua itu, yang lebih menarik hati adalah ayat-ayat yang dibacakan Mush’ab bin Umair di sela-sela pembicaraannya. Hati yang keras bisa melunak. Orang yang merasa berlumuran dosa menyesali perbuatan masa lalunya yang gelap. Bahkan karenanya tidak ada orang yang meninggalkan majelis itu kecuali telah menyatakan dirinya bersyahadat memilih Islam sebagai jalan baru.

Perkembangan yang begitu cepat itu membuat gusar Sa’ad bin Mu’adz. Ia segera menemui sahabatnya, Usaid bin Hudhair, dan berkata cemas, “Hai Usaid, sebaiknya engkau datangi pemuda Makkah itu. Dia telah memengaruhi rakyat kita dan membodoh-bodohi mereka. Tuhan kita dijelek-jelekkan. Cegahlah dia dan ingatkan jangan tinggal di negeri ini, sejak hari ini!”

Setelah berhenti sejenak, Sa’ad melanjutkan bicaranya, “Seandainya dia bukan tamu anak bibiku (As’ad bin Zurarah), sungguh akan aku bereskan sendiri.”

Mendengar itu, Usaid segera mengambil tombaknya, lalu pergi mencari Mush’ab. Saat itu, As’ad bin Zurarah sedang menyertai Mush’ab bin Umair menemui Bani Abdul Asyhal untuk mengajarkan Islam kepada mereka. Keduanya masuk ke sebuah kebun milik Bani Abdul Asyhal, lalu duduk-duduk di bawah pohon kurma di pinggir sebuah telaga.

sumber : 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement