REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kunci kesuksesan tim-tim besar Eropa dalam meraih trofi dan mempertahankan performa para pemainnya di level tinggi adalah mampu menjaga aspek kebugaran pemain.
Tim medis klub tidak segan-segan memantau perkembangan pemainnya secara harian hingga mingguan dengan memberikan rencana latihan ketat.
Memasuki bulan Ramadhan, biasanya ada pemandangan berbeda di Liga Primer Inggris dan La Liga Spanyol. Beberapa klub tampak melakukan kontrol lebih ketat kepada para pemain Muslim yang memiliki kebiasaan puasa. Seiiring meningkatnya jumlah Muslim di kedua liga teratas Eropa itu, para pemain yang menunaikan puasa akan mengubah kebiasaan makannya. Tentu saja hal itu berpengaruh terhadap performa mereka di lapangan.
Budaya Barat yang tidak mau mencampuradukkan persoalan agama dan sepakbola biasanya tidak terlalu mentoleransi pemainnya untuk melakukan puasa penuh. Bukan karena mereka tidak menghormati agama Islam yang dianut pemainnya, melainkan tidak ingin performa klub ikut terganggu.
Namun striker Sevilla Frederic Kanoute, yang dikenal ketat dalam menjalankan ritual agama tidak mau berkompromi dengan aturan klub. Mantan pemain Tottenham Hotspur dan West Ham United itu berusaha semaksimal mungkin menjalankan ibadah puasa Ramadhan secara penuh.
''Staf dan pelatih sangat ingin tahu. Mereka bertanya-tanya mengapa saya tidak makan dan menanyakan semua pertanyaan ini. Tapi Anda harus menjawabnya dan bicara tentang itu,'' ujar Kanoute kepada the Independent.
''Mereka melihat saya berdoa di ruang ganti, saya tidak berpikir tentang bagaimana orang melihatku. Islam telah membantu saya dengan cara ini. Inilah jalan yang Anda ambil untuk membuat Anda tenang,'' imbuh pemain Terbaik Afrika 2007 itu.
Bulan Ramadhan membawa arti berbeda bagi beberapa pemain Muslim top di Liga Primer Inggris. Mereka biasanya lebih khusuk dalam bermain dan memulai pertandingan dengan membaca doa sembari mengangkat kedua tangan ke atas.
Ritual itu biasanya dilakukan oleh dua bersaudara Kolo dan Yaya Toure, Samir Nasri, Younes Kaboul, dan Nicolas Anelka, yang sekarang bermain di Liga Super Cina. Menurut mereka, tetap berpuasa dan bermain dalam level tinggi merupakan sebuah tantangan yang coba dilakukan.
Ramadhan bagi Sulley Muntary merupakan ibadah yang tidak boleh ditinggalkan, meski harus bermain di tengah ketatnya jadwal Serie A Liga Italia. Pada musim 2009, pelatih Inter Milan Jose Mourinho tersandung persoalan gara-gara mempersoalkan bulan Ramadhan datang di saat pemainnya harus berlaga di liga dengan kemampuan penuh. Ia mengeluhkan performa Sulley Muntary yang bermain loyo hingga berdampak pada Inter yang ditahan 1-1 oleh Bari.
Mourinho mengatakan, ''Ramadhan tiba pada saat yang tidak ideal bagi pemain yang harus bermain di tengah kompetisi.'' Komentarnya arsitek Real Madrid itu mengundang kecaman luas, khususnya dari Dewan Muslim Italia sehingga Mourinho kemudian mengklarifikasi pernyataannya.
''Keputusan Muntari tidak boleh dikritik karena merupakan masalah iman dan agama. Itu berarti bahwa saya menerimanya saya tidak pernah mengatakan Muntari harus melupakan agamanya dan praktik ritual.''