Selasa 17 Jul 2012 16:58 WIB

Capres tak Bisa Andalkan Figur

Ketua MPR Taufiq Kiemas
Foto: Republika
Ketua MPR Taufiq Kiemas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua MPR yang juga Politisi Senior PDIP, Taufiq Kiemas, membantah jika ada yang mengatakan calon presiden (capres) 2014 tanpa ideologi. Seluruh parpol, menurutnya, tidak bisa mengandalkan figur saja untuk menghadapi Pemilu 2014.

"Tapi aku enggak setuju pemilihan presiden yang enggak punya ideologi. Jadi harus ada ideologi," katanya, Selasa (17/7), di Gedung Parlemen, Jakarta

Sementara, anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Melani Leimena Suharli, menyatakan Pemilihan Presiden 2014 adalah pertarungan figur. Partai politik yang mengusung tak lagi berpengaruh. "Orang dukung lihat individu, bukan parpol. Jadi nanti dipertimbangkan betul bagaimana figurnya," katanya

Melani menyarankan partainya mencari figur pemimpin nasional. Ini mengingat Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tak maju dalam Pemilihan Umum 2014. Demokrat tak bisa melulu mengandalkan SBY. "Tahun 2009 kita rasakan kemewahan politik, dengan adanya Pak SBY orang langsung senang. Nah di 2014 enggak bisa lagi," kata Melani.

Pendapat Melani dibenarkan Ketua DPP Partai Golkar Hadjrianto Y Tohari. Menurutnya, Pilpres 2014 bukan lagi pertarungan ideologi. Sebab dari nama-nama yang muncul ke permukaan memang susah untuk membedakan warna ideologi. "Kalau di Barat kan jelas sekali mana yang kanan, mana yang kiri. Mana yang konservatif, mana yang liberal," kata Hadjrianto.

Menurut Wakil Ketua MPR ini, secara ideologis para capres yang ada berideologi sama, yakni ingin berkuasa menjadi presiden. "Semua mencantumkan UUD 1945 dalam konsiderannya, semuanya dikatakan berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa, tetapi itu hanya formalitas belaka. Sementara isi UU-nya bisa saja sangat jauh dari niai-nilai Pancasila dan konstitusi," ujar Hadjrianto.

Dalam Pilpres, kata Hadjrianto, paradigma partai politik pengusung seringkali tidak tercermin dalam figur pasangan capres dan cawapresnya. Partai Islam bisa mengusung calon yang nasionalis. Kecenderungan ini bisa positif dan negatif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement