Jumat 20 Jul 2012 14:00 WIB

Uswah: Thantien Hidayati, Pendiri Komunitas Aksara (1)

Rep: Susie Evidia/ Red: Chairul Akhmad
  Thantien Hidayati saat menerima penghargaan Pemuda Pelopor Nasional dari Menpora pada 2011 lalu.
Foto: mediacenter.malangkota.go.id
Thantien Hidayati saat menerima penghargaan Pemuda Pelopor Nasional dari Menpora pada 2011 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, Moto knowledge is power but character is more, rasanya tepat untuk Komunitas Aksara yang didirikan Thantien Hidayati sejak 2008.

Komunitas ini lahir dari keprihatinan anak-anak di sekitar Malang yang “tertekan” oleh kurikulum sekolah, tuntutan guru, dan orang tua. Di sisi lain, karakter anak-anaknya pun tidak mumpuni.

Kondisi ini yang mendorong Thantien bersama teman-temannya memberikan suntikan suplemen terpadu berupa pendidikan karakter dan pengembangan bakat anak.

Awal komunitas berdiri, target yang dibidik untuk pendampingan di Sanggar dan Rumah Baca Aksara ialah anak-anak kelas empat hingga enam sekolah dasar yang mayoritas berasal dari kalangan marginal, baik secara materi maupun perhatian orang tua akibat kesibukan kerja.

Thantien meminjam balai rukun warga (RW) yang disulap menjadi tempat belajar. Di tempat terbatas itulah anak-anak belajar sambil bermain, bercerita, main game, dan bersenang-senang. Minimal anak-anak merasa bebas dari tekanan dan melupakan kekerasan yang membelenggunya di sekolah.

Program tersebut, ungkap Thantien, dikemas dengan cara bermain sehingga anak-anak senang. Tetapi, di balik permainan, penuh dengan nilai-nilai dan pembelajaran sehingga bermanfaat bagi anak.

“Pembelajaran seperti ini jauh lebih efektif dibandingkan memaksa anak belajar. Karena ditinjau dari psikologi anak, ulangan potensial membuat stres,” kata Thantien yang aktif di dunia kerelawanan.

Kegiatan anak-anak ini gratis, berlangsung setiap hari di luar jam sekolah. Keceriaan anak-anak rupanya membesut teman-teman yang lain untuk bergabung. Para orang tua pun antusias agar anak-anaknya belajar di sanggar karena banyak perubahan positif yang diraih anak-anak. Anak yang tadinya pendiam kini mudah bergaul, yang pemalu kini berani tampil ke depan. Perilaku anak-anak pun lebih sopan dan lebih kreatif.

Lantaran jumlah peminat meningkat, Thantien membuka kelas lebih banyak lagi. Kini yang bergabung selain murid SD, ada murid TK, SMP, dan SMA. Jumlah seluruhnya sekitar 1.000 anak. Kemudian, tempat belajar pindah, tidak lagi di balai RW, melainkan bangunan sendiri di dekat kediaman Thantien di Jl Negara, Blimbing, Malang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement