REPUBLIKA.CO.ID, PALU - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah (Sulteng) Rahmat Hernowo mengemukakan, modus pemalsuan uang kertas di wilayahnya saat ini makin canggih, yakni dengan cara membelah uang asli.
"Uang palsu dengan modus dibelah itu ditemukan pada Mei 2012 dengan pecahan Rp 50 ribu," katanya di Palu, Jumat (27/7).
Dia mengatakan pelaku membelah uang asli menjadi dua bagian. Selanjutnya satu sisi uang asli ditempel dengan belahan uang palsu yang telah disiapkan. Rahmat sendiri mengaku kebingungan bagaimana cara pelaku membelah uang kertas. "Pasti ini alatnya canggih," katanya.
Sebelumnya, uang palsu yang ditemukan di Sulawesi Tengah hanya berupa cetakan uang mirip aslinya. Oleh karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat untuk tetap melakukan 3D, yakni dilihat, diraba dan diterawang.
Untuk kasus uang palsu dengan cara dibelah, katanya, masyarakat diimbau tidak hanya cukup meraba, tapi harus diterawang. "Jika meraba hanya satu sisi saja mungkin tidak tahu kalau uang itu palsu," katanya.
Pada awal Juli 2012, Jajaran Polsek Tawaeli, Kota Palu, menangkap seorang pengedar uang palsu asal Desa Wani, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala. Selain pelaku, polisi juga menyita barang bukti uang palsu sebanyak Rp 11,3 juta. Uang palsu itu berupa pecahan dengan nominal Rp 100 ribu.
Data Bank Indonesia Sulawesi Tengah mencatat temuan uang palsu di wilayahnya selama kurun empat tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada 2012 tercatat 41 lembar uang kertas palsu yang ditemukan, kemudian naik menjadi 44 lembar pada 2010, dan pada 2011 ditemukan sebanyak 82 lembar uang palsu berbagai pecahan.