REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Menteri Kehutanan (Menhut), Zulkifli Hasan, menyatakan kehadiran Andatu, anak badak Sumatra (Dicerothinus sumatrensis) pertama lahir di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Lampung Timur, menjadi model dunia dalam penyelamatan satwa yang dilindungi. Untuk itu, model penangkaran ini akan dikembangkan di wilayah lain.
“Momentum ini menjadi model dunia dalam penyelamatan badak Sumatra yang hampir punah. Andatu, membuktikan Indonesia mampu menyelamatkan satwa yang tinggal sedikit ini walau dalam waktu 124 tahun,” kata Menhut Zulkifli Hasan, saat meninjau Andatu yang berusia sebulan tujuh hari, di TNWK, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Senin (30/7).
Menurut Menhut, setelah sukses mengembangbiakkan badak Sumatra bercula dua, pihaknya akan mengembangkan model penangkaran semi alami badak Sumatra bercula satu di Ujung Kulon yang selama ini tertunda. Di Ujung Kulon, ungkapnya, pernah dilakukan, namun mendapat protes dari berbagai pihak, sehingga upaya tersebut tertunda.
Sejak Ratu (badak betina) dan Andalas (badak pejantan) berhasil melahirkan Andatu pada 23 Juni 2012 pukul 00.45 WIB, berbagai pihak mengetahui keberhasilan upaya penyelamatan badak Sumatra di dalam penangkaran semi alami. “Sebelumnya, banyak yang protes penangkaran seperti ini merusak lingkungan,” ujarnya.
Menurut dia, saat ini Indonesia hanya memiliki dua jenis spesies badak dari lima spesies badak yang ada di dunia. Untuk itu, pihaknya akan melakukan model penangkaran TNWK ini di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Badak di Ujung Kulon, dari 60 badak yang terdata, saat ini hanya tinggal 30-an badak saja yang tersisa. “Berkurangnya jumlah badak ini yang perlu kita selamatkan di Ujung Kulon,” ujarnya.