Jumat 03 Aug 2012 15:37 WIB

Bona, Korban Konflik yang Lewati Masa Malnutrisi

Anak gajah dan induknya (ilustrasi).
Foto: Antara
Anak gajah dan induknya (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU – Seekor anak gajah Sumatera (Elephas maximus Sumatrae) melewati masa malnutrisi, setelah dirawat lebih dari setahun oleh petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu bersama sejumlah relawan.

Koordinator Pusat Konservasi Gajah (PKG) Seblat Bengkulu Utara, Erni Suyanti Musabine, mengatakan anak gajah yang diberi nama Bona itu saat ini dalam kondisi terbaik, setelah sebelumnya mengalami malnutrisi.

"Selama enam bulan perawatan intensif yang dibantu oleh tiga relawan asal Australia telah mengembalikan kesehatan Bona karena sebelumnya sudah mengalami malnutrisi," katanya, Jumat (3/8).

Anak gajah berusia dua tahun itu ditemukan terlunta-lunta sendirian di sekitar perkebunan PT Alno saat berusia enam bulan. Konflik antara manusia dengan gajah yang semakin tinggi diduga menjadi penyebab anak gajah itu terpisah dari kelompoknya.

"Kuat dugaan kami, induk anak gajah ini sudah mati karena pada 2011 ditemukan tujuh kasus gajah mati," jelas Erni.

Penemuan Bona, kata dia, berawal dari laporan karyawan perusahaan perkebunan sawit PT Alno yang berbatasan dengan PKG Seblat, tentang adanya seekor anak gajah yang tersesat di perkebunan itu. Setelah menerima laporan itu, tim langsung melakukan penyelamatan dan membawa Bona ke PKG Seblat.

Saat ditemukan, kondisi gajah itu sangat lemah karena diperkirakan sudah 15 hari terlunta-lunta di dalam perkebunan sawit tanpa makanan. Menurut Erni, yang juga dokter satwa liar BKSDA, dalam usia enam bulan bayi gajah hanya mengonsumsi susu dan tidak pernah jauh dari induknya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement