Cina tradisional
Berada di dalam area kompleks seluas kurang lebih 6.000 meter persegi, bangunan Masjid Niujie memperlihatkan campuran dua kebudayaan: Islam dan Cina.
Dari luar, arsitektur bangunan menunjukkan pengaruh Cina tradisional, yakni tipikal bangunan istana Cina. Di dalam bangun, diperlihatkan gaya arsitektur Islam.
Perpaduan dua gaya arsiktektur ini tidak lepas dari kebijakan yang diterapkan oleh pemerintahan Dinasti Liao.
Kekaisaran Liao menerapkan aturan yang melarang komunitas Muslim setempat mendirikan bangunan dengan gaya arsitektur, selain arsitektur tradisional Cina dengan pengecualian bahwa penggunaan kaligrafi Arab tetap diizinkan pada masa itu.
Gerbang masuk menuju ke dalam kompleks Masjid Niujie berhadapan dengan tembok besar sepanjang kurang lebih 40 meter yang dihiasi marmer berwarna putih. Interior bangunan didekorasi dengan arsitektur khas Cina dan sentuhan desain Arab yang tidak menampilkan figur manusia dan hewan.
Arsitektur khas Dinasti Qing jelas terlihat di desain ruangan ibadah, yang berupa aula utama yang hanya terbuka bagi pengunjung Muslim. Langit-langit di depan aula utama didekorasi dengan panel persegi, yang pada tiap sudutnya dilukis dengan desain lingkaran berwarna merah, kuning, hijau, dan biru.
Pola dekorasi ini serupa dengan pola yang digambar di aula utama di Istana Terlarang. Kaligrafi ayat-ayat Alquran ditulis dalam aksara Arab dan Cina, lukisan bunga, serta hiasan kaca berwarna menghiasi ruangan ibadah.
Ruangan ini hanya dapat menampung seribu orang jamaah dan terdiri atas tiga buah koridor yang lapang. Di bagian dalam ruangan ibadah ini, terdapat 21 buah tiang yang menyangga bagian dalam bangunan.
Ruangan ibadah ini dinamakan Aula Tungku. Di bagian belakang ruangan, terdapat paviliun berbentuk heksagonal (segi enam) yang membuat aula ini tampak seperti tungku.