Sabtu 18 Aug 2012 18:01 WIB

Berebut Rp 2 Ribu di Pengungsian Karet Tengsin

Rep: Ira Sasmita/ Red: Karta Raharja Ucu
Kebakaran di Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (6/8) malam WIB.
Kebakaran di Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (6/8) malam WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua ribu rupiah bagi orang berkecukupan mungkin hampir tidak ada artinya. Acapkali uang kertas bergambar Pangeran Antasari itu dianggap sebagai 'recehan' yang tak bernilai. Tapi bagi korban kebakaran Kareng Tengsin, Jakarta Pusat, dua ribu rupiah bisa seharga nyawa.

H-1 lebaran atau Sabtu (18/8) siang, seorang ibu mendatangi lokasi pengungsian korban kebakaran yang bersisian dengan Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak. Ia membawa segepok uang pecahan dua ribu rupiah yang dibagikan kepada para pengungsi.

"Ini untuk hadiah lebaran anak-anak,' ujarnya sambil membagikan uang.

Bak semut yang mencium wangi gula, ibu dermawan langsung dikerumuni para korban kebakaran. Tidak hanya anak-anak, puluhan ibu-ibu dan bapak-bapak keluar dari tenda pengungsian untuk mendapatkan angpao lebaran tersebut. Sayangnya, karena takut tak kebagian, mereka tidak antre dan menjadi sedikit rusuh.

Karena terlalu sesak, sang ibu dermawan yang siang itu menggunakan gamis berwarna cokelat memilih mundur. Ia lalu melepaskan ikatan uang di tangannya. Tentu saja sisa uang tersebut menjadi rebutan para pengungsi. Masih belum puas, beberapa pengungsi masih menguntit sang ibu dermawan yang berjalan meninggalkan tenda pengungsian.

Kehebohan tidak berhenti disitu. Seorang perempuan berusia 35 tahunan, merasa jatah uangnya diambil pengungsi lain. Terjadilah percecokan mulut antara dua orang perempuan. Yang satu merasa senior dan penghuni lama di Karet Tengsin. Perempuan satunya lagi dianggap sebagai pendatang baru. Mereka beradu mulut, lantaran perempuan muda dianggap lancang mengambil jatah dua ribu rupiah miliknya. Berbagai sumpah serapah keluar dari mulut perempuan itu.

Suasana yang tampak memanas semakin heboh diiringi tangisan bocah kecil. Yang mengeluhkan kakinya terinjak lantaran berebutan uang. "Sudah biasa terjadi di sini. Setiap ada pembagian, sekecil apapun, pasti selalu ada yang berantem," cerita Cecep (61 tahun), salah satu pengungsi.

Menurut Cecep, tak hanya heboh dalam merebutkan uang. Saat antre mengambil jatah makanan pun, warga kerap bertengkar. "Kemarin malah lebih parah. Karena dorong-dorongan, jadinya makanan tumpah," ungkapnya.

Syaiful (37), tampak menikmati adu mulut dua perempuan di pengungsian itu. Dari atas salah satu makam yang telah disulapnya menjadi tempat tidur siang, ia tertawa lebar. " Disini semuanya kayak piranha. Ada mangsa, langsung buas dan ganas, apapun itu mangsanya," seloroh pria asal Tegal ini.

Cecep dan Syaiful dengan kompak mengatakan ketidakheranannya terhadap aksi warga. Yang mau adu mulut dan berdesak-desakan demi dua ribu rupiah. "Namanya lagi kesusahan, uang Rp 500 aja nilainya besar buat kami. Apalagi dua ribu rupiah," kata Syaiful sambil tertawa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement