REPUBLIKA.CO.ID,PURBALINGGA - Kebakaran hutan yang terjadi di sejumlah tempat di Pulau Jawa semakin meluas. Cuaca kering dan angin kencang menyulitkan upaya pemadaman kebakaran-kebakaran tersebut.
Sampai Ahad malam (26/8), kebakaran hutan yang terjadi di lereng utara Gunung Slamet belum berhasil dipadamkan. Justru ada kecenderungan titik api makin meluas ke arah kaki gunung. “Saat ini terpantau ada delapan titik api yang makin menyebar ke bawah,” jelas petugas SAR Koordinator Wilayah III Jateng Rudi Setiawan.
Asper Perhutani Purbalingga Ahmad Efendi menyebutkan, api sudah membakar habis hutan di sekitar pos V hingga pos VII yang berada di dekat batas vegetasi puncak gunung Slamet. Api juga mulai menyeberang ke Kali Boyo, kali kering menyerupai jurang dalam yang menjadi batas antara wilayah Kabupaten Purbalingga dan Pemalang. “Kobaran api makin meluas karena angin di dekat puncak berembus sangat kencang,” jelasnya.
Untuk memadamkan api tersebut, Ahmad Efendi menyebutkan, saat ini sudah ada sekitar 300 orang dikerahkan untuk memadamkan api. Mereka akan berusaha membuat parit di sekitar hutan agar api tidak semakin meluas. Mereka berada dari unsur tim pemadam, SAR, Perhutani, LMDH, atau masyarakat di kaki gunung Slamet.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwa Pramana mengatakan, ia belum bisa memastikan penyebab kebakaran. Tetapi, ia menilai, kondisi cuaca yang panas belakangan bisa menjadi pemicu terjadinya kebakaran. Sebab itu, ia meminta masyarakat waspada dan menghindari melempar bekas bakaran ke hutan-hutan.
Ahmad Efendi memastikan 240 pendaki Gunung Slamet yang mendaki saat kebakaran terjadi dalam kondisi selamat. “Ada 240 pendaki yang terdaftar naik ke Gunung Slamet dan semuanya telah dievakuasi oleh tim SAR gabungan dalam kondisi selamat,” katanya. ).
Ulil Siwo, anggota salah satu kelompok pendaki saat kebakaran, menduga api berasal dari api unggun yang sebelumnya dinyalakan salah satu kelompok pendaki dari Jakarta yang ada di bawahnya. Api mulai membakar hutan di kawasan Pos V jalur pendakian pada Sabtu (25/8) pukul 03.30.
Cuaca kering
Di Garut, kondisi cuaca yang kering dan angin yang berembus kencang menyebabkan kebakaran hutan di lereng Gunung Papandayan sukar dipadamkan. Berdasarkan informasi dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Wilayah V Garut hingga Ahad (26/8) sore, luas lahan yang terbakar telah mencapai 30 hektare. “Kondisinya kering karena dari April sampai saat ini curah hujan sangat sedikit sehingga api mudah sekali merambat. Ditambah lagi dengan angin berembus kencang yang datang tiba-tiba, menyebabkan api sulit dipadamkan,” ujar Kepala Seksi BKSDA Wilayah V Garut Teguh Setiawan.
Sebanyak 30 petugas gabungan dari BKSDA, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), sukarelawan pencinta alam, TNI, polisi hutan, serta Masyarakat Peduli Api (MPA) Gunung Papandayan terus memantau dan memadamkan api yang merambat ke blok tersebut. Petugas melakukan pemadaman dengan cara manual, yaitu menggunakan sekat bakar untuk mecegah meluasnya kebakaran. Petugas sempat kesulitan memadamkan api karena medan yang terjal.
Belum bisa dipastikan sumber api yang menyebabkan kebakaran di hutan lereng Gunung Papandayan tersebut. Tetapi, Teguh menduga, kebakaran terjadi akibat perbuatan manusia yang tidak sengaja meninggalkan api. “Mungkin ada orang yang membuang puntung rokok yang masih menyala atau karena pengunjung TWA yang sedang berkemah masih meninggalkan api seusai membuat api unggun,” kata Teguh.
Hutan di lereng Gunung Petarangan, Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, juga dilaporkan terbakar. “Kobara api mulai terlihat di wilayah Telaga Terbis, Kabupaten Batang, pada Sabtu (25/8), sekitar pukul 10.00 WIB. Pagi ini api mulai merambat ke wilayah Kecamatan Batur, Banjarnegara,” kata Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng Tunut Pujiharjo di Banjarnegara.
Menurut dia, saat ini warga Kecamatan Batur telah dikerahkan untuk memadamkan api, termasuk melokalisasi kebakaran agar tidak meluas. Ia mengatakan, pihaknya belum mengetahui secara pasti penyebab kebakaran tersebut. “Entah karena percikan api atau disebabkan oleh gesekan ranting-ranting yang mengering akibat kemarau,” katanya.