Selasa 28 Aug 2012 19:48 WIB

Ini Tayangan Ramadhan yang Diapresiasi MUI

Red: Djibril Muhammad
Logo MUI
Foto: kemenag.go.id
Logo MUI

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan apresiasi kepada tayangan televisi selama Ramadhan 2012 yang konstruktif dan patut dikembangkan.

Ketua Komisi Informasi dan Komunikasi MUI Sinansari Ecip mengatakan apresiasi tersebut diberikan kepada beberapa program dan stasiun televisi yang sejak awal hingga akhir berusaha mengedepankan tayangan konstruktif dan kondusif bagi ibadah di bulan Ramadhan.

"Kami berterima kasih serta memberi apresiasi tinggi kepada lembaga penyiaran yang konsisten dengan acara-acara konstruktif dan kondusif selama Ramadhan," kata Ecip dalam dialog publik di Kantor KPI, Jakarta Pusat, Selasa (28/8).

Berdasarkan pantuan MUI acara-acara yang patut diapresiasi, antara lain film serial 'Omar: Umar bin Khattab' (MNCTV), dokumenter 'Musafir' (Trans7), 'Catatan Harian Santri' (Indosiar), rangkaian program Ramadhan di MetroTV, 'Radio Show' (TVOne), Sinetron 'InsyaAllah Ada Jalan' (SCTV), dan 'Tukang Bubur Naik Haji The Series' (RCTI).

Program-program tersebut dinilai dapat memberikan edukasi, inspirasi positif, serta bermanfaat bagi syiar Islam sebagai agama yang cinta perdamaian. Dalam pemantauan dan penilaian tayangan televisi selama Ramadhan, Ecip mengatakan MUI bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

"MUI dan KPI saling bertukar pikiran dan pengetahuan karena pemantauan tayangan selama Ramadhan erat kaitannya dengan kaidah Islam, sedangkan MUI membutuhkan keahlian dan teknologi KPI dalam melakukan pemantauan," papar Ecip.

Sementara itu, kritik utama MUI pada tayangan selama Ramadhan terkait muatan lawakan yang mengandung pelecehan dan makian kasar dalam program komedi, sinetron dan ceramah agama. Terhadap acara-acara tersebut MUI memberikan rekomendasi kepada KPI agar memberikan peringatan.

Salah satunya, Ecip mencontohkan program komedi di TransTV, baik saat sahur maupun jelang buka yang masih memuat unsur pelecehan. "Sepanjang tayangan, pesan yang didapat hanya ledekan yang mengundang tawa, marah-marah, kuis, dan lomba joget," ucap Ecip.

Ia menambahkan muatan-muatan seperti itu tidak ada perubahan dan perbaikan dari program Ramadhan tahun 2011. "Oleh karena itu, MUI mengimbau semua stasiun televisi di Indonesia untuk membuat dan menyiarkan program yang mencerdaskan, mencerahkan dan membentuk karakter bangsa," ujarnya.

Ecip menambahkan kritik MUI tidak dimaksudkan untuk membunuh industri pertelevisian, tetapi bentuk kepedulian agar media massa berkembang secara sehat, bermanfaat dan bermartabat. "MUI memandang pertelevisian dan semua media massa sebagai mitra strategis untuk mencerdaskan dan mencerahkan bangsa," kata Ecip.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement