Kamis 30 Aug 2012 03:06 WIB

Waduh, Makin Susah Saja Makan Sambal, Ini Dia Penyebabnya

Tanaman cabai merah rusak akibat serangan hama.
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Tanaman cabai merah rusak akibat serangan hama.

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU---Para petani cabai di Desa Perawang dan Desa Pinang Sebatang, Kecamatan Tualang, Kabupaten Siak, Riau, terancam gagal panen karena tanaman mereka diserang hama akibat perubahan cuaca.

"Kami mengalami kerugian yang cukup besar akibat tanaman diserang hama, sehingga panen tidak sepenuhnya dapat dinikmati," kata Sumaryono (46) petani cabai di Desa Perawang Barat, Kabupaten Siak.

Dia mengatakan bahwa dari jumlah tanaman mencapai 3,2 hektare, maka yang terserang hama itu lebih dari 6.000 batang yang tidak dapat dipetik hasilnya.

Bahkan daun tanaman cabai itu tiba-tiba mengkerut dan ada warna putih kemudian mengering termasuk buah cabai yang berwarna merah dan hijau.

Namun beberapa hari menjelang panen maka banyak cabai yang jatuh di tanah dan mengandung ulat maka dianggap tidak layak untuk dikonsumsi.

Selain itu bahwa bunga cabai yang mulai tumbuh pada tanaman itu tiba-tiba gugur dan tidak menjadi buah setelah disiram hujan.

Menurut dia, tanaman tersebut tidak dapat dipanen karena adanya perubahan cuaca dari kemarau menjadi hujan yang kadang turun tidak rutin.

Dia mengatakan mengalami kerugian mencapai Rp 20 juta karena harga cabai di Kabupaten Siak dan Kota Pekanbaru relatif stabil sebesar Rp 45.000 per kg.

Masalah serupa juga dialami petani cabai lainnya, Rahmad (39) warga Desa Pinang Sebatang Barat, Kecamatan Tualang, Siak, yang menderita kerugian mencapai Rp 26 juta.

Rahmad mengatakan pihaknya hanya dapat memanen cabai hijau yang masih tersisa karena sebagian sudah busuk dan jatuh di tanah.

Sedangkan tanaman cabai dari Kabupaten Siak itu sangat diminati warga di Kota Dumai, Kota Pekanbaru, Duri maupun wilayah lainnya sehingga harganya stabil.

Walau begitu, konsumsi cabai untuk warga Kota Pekanbaru dalam sehari mencapai 4,5 ton, selain dipasok dari Siak juga dari sentra produksi di Kabupaten Agam dan dari Payakumbuh, Sumatera Barat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement