Kamis 06 Sep 2012 21:58 WIB

Taliban di Balik Seperempat Serangan Orang Dalam

Mantan anggota Taliban memegang senjata mereka saat gabung dalam acara bersama pemerintah Afghanistan di Herat, Kabul, Afghanistan, Senin (30/1).
Foto: AP/Hoshang Hashimi
Mantan anggota Taliban memegang senjata mereka saat gabung dalam acara bersama pemerintah Afghanistan di Herat, Kabul, Afghanistan, Senin (30/1).

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL - Taliban terlibat dalam seperempat dari serangan anggota keamanan Afghanistan terhadap "rekan" Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mereka, kata panglima tentara.

Gelombang serangan itu, belum pernah terjadi dalam perang modern, menunjukkan tentara Afghanistan menembaki "rekan" NATO mereka lebih dari 30 kali pada tahun ini, menewaskan sedikit-dikitnya 45 tentara asing, sebagian besar dari mereka orang Amerika Serikat.

Letnan Jenderal Amerika Serikat James Terry, kepala satuan gabungan sekutu pimpinan NATO di Afghanistan, menyatakan sekitar 25 hingga 26 persen dari serangan itu "terkait dengan gerilyawan".

Dalam santiaji semalam kepada wartawan di Washington melalui jaringan video dari Afghanistan, ia menyatakan 10 persen dari serangan itu "terkait langsung" dengan pejuang dan 15 persen "diduga terkait dengan pejuang".

"Dengan kata lain, beberapa tanda menunjukkan tentara melakukan pelanggaran, mereka lari dari daerah itu. Beberapa sarana gerilyawan membantu mereka. Jadi, dari situlah Anda mendapatkan 25 persen tersebut dan itulah keterlibatan gerilyawan," katanya.

Ia menyatakan pejabat tidak tahu penyebab pasti serangan sisanya, tapi memperkirakan 25 persen lagi adalah "pribadi", yang diakuinya dapat mereda oleh pemahaman lebih besar akan kepekaan budaya. "Saya hanya akan mengatakan bahwa yang kami tahu adalah bahwa masyarakat itu betul-betul trauma oleh 30 tahun lebih perang," katanya.

"Kami juga memahami bahwa banyak keluhan dan penyelesaian sengketa dilakukan, terus terang, dengan laras pistol di luar sana," katanya. Afghanistan pada Rabu menyatakan menangkap atau memecat ratusan tentaranya dalam upaya membendung kecenderungan, yang mengancam merusak rencana Barat menarik pasukan.

Terry menyatakan mendengar 200-300 tentara Afghanistan dipecat dari pasukan itu, tapi menunggu untuk mempelajari anka pasti dan rincian dari pejabat pertahanan Afghanistan. Perang di Afghanistan sangat tidak disukai rakyat Barat pengirim pasukan ke Afghanistan.

Jajak pendapat di Inggris, Prancis dan Jerman menunjukkan kian banyak warganya menuntut tentara mereka segera ditarik. Dukungan bagi perang di Afghanistan turun tajam di kalangan warga Amerika Serikat dalam beberapa bulan belakangan saat mereka semakin kecewa dengan kemelut sejak lebih dari satu dasawrase lalu itu, kata jajak pendapat New York Times/CBS News, yang disiarkan pada akhir Maret.

Duapertiga dari yang ditanya -69 persen- menyatakan Amerika Serikat seharusnya tidak lagi berperang di Afghanistan, naik dari 53 persen pada November dan persentase tertinggi sejak jajak pendapat New York Times/CBS News mengajukan pertanyaan itu pada 2009, kata CBS.

sumber : Antara/AFP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement