REPUBLIKA.CO.ID, KEBAYORAN BARU -- Sebanyak 145 ribu toilet di sekolah dasar seluruh Indonesia tidak higienis. Kondisi toilet yang seadanya dan kurang diperhatikan menjadi alasan toilet adalah sarang penyakit bagi anak-anak di sekolah dasar.
"Toilet di seluruh dunia ini memang selalu jadi masalah, apalagi di negara berkembang," ujar Dokter Handrawan Nadesul, penggagas program Dokter Kecil di sejumlah provinsi. Alasan utamanya adalah kebanyakan tidak mengetahui cara menggunakan toilet dengan benar sehingga hanya menjadi pengguna saja tapi enggan membersihkannya dengan benar.
Toilet, bersih saja tidak cukup tetapi juga perlu higienis. Higienis adalah kondisi tanpa kuman bakteri atau tidak melebihi ambang batas yang ditolelir, sedangkan bersih saja belum tentu higienis.
"Kita perlu bangsa yang sehat," ujar Naning S. Adiwoso, Pimpinan Asosiasi Indonesia. Ia menambahkan pada umumnya anak menghabiskan waktunya sebagian besar di sekolah, sehingga kondisi toilet yang bersih tidak akan menjadi sumber penyakit untuk anak.
Di Sekolah Dasar Gunung, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dilakukan tes kebersihan toilet menggunakan alat bernama ATP meter untuk menghitung jumlah kuman. Alat ATP meter dioleskan ke water closet dan tertera angka jumlah kuman di ATP meter.
Hasilnya adalah 1383 kuman yang artinya toilet tersebut sangat kotor. "Padahal ambang batas bersih adalah hingga 300, lebih dari itu kotor," ujar Johan Motik, Asisten Brand Manager Domestos, PT Unilever Indonesia, Tbk.
Menurut Naning, toilet yang bersih adalah toilet yang kering, bersih, aman, nyaman dan memiliki sedikit sudut. "Toilet yang higienis itu memiliki sedikit area untuk pegangan tangan, karena tangan itu sumber kuman," ujarnya.
Menurutnya, toilet yang lebih bersih adalah toilet jongkok daripada toilet duduk karena sedikit bersentuhan dengan kulit. "Arsitek sekarang perlu mengubah mindset bahwa toilet perlu dibuat senyaman mungkin.