REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP – Panen ubur-ubur yang dialami nelayan Cilacap tahun ini, ternyata sangat pendek. Panen raya hanya dirasakan selama sepekan.
Dan sejak tiga hari terakhir, hewan laut yang biasanya menjadi komoditas yang ekspor ini, tiba-tiba menghilang dari perairan laut selatan.
Yanti, salah satu pengepul ubur-ubur di Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap (PPSC), mengakui adanya penurunan pasokan ubur-ubur dari para nelayan.
Menurutnya, pada musim panen, dia bisa menerima pasokan ubur-ubur sebanyak 50 ton per hari. Namun saat ini, tidak lebih dari 10-20 ton per hari.
Ketua KUD Mino Saroyo, Untung Jayanto, mengakui panen ubur-ubur oleh nelayan Cilacap pada tahun ini memang dirasakan sangat singkat. ''Saya sendiri tidak tahu, kenapa ubur-ubur saat ini seperti menghilang,'' jelasnya, Selasa (18/9).
Menurutnya, KUD Mono Saroyo, sejauh ini tidak melakukan ekspor langsung komoditi ubur-ubur. Ekspor komoditi ini, selama ini ditangani oleh sejumlah perusahaan eksportir yang membuka perwakilan dagang di Cilacap.
''Di Indonesia sendiri, setahu saya belum ada industri yang menyerap ubur-ubur. Di luar negeri, kabarnya ubur-ubur ini diolah menjadi bahan makanan dan kosmetika,'' kata Untung.
Meski harga ubur-ubur tidak terlampau mahal, namun karena volumenya yang cukup besar, maka panen ubur-ubur ini bisa memberi keuntungan cukup besar bagi para nelayan. ''Apalagi, para nelayan selama ini juga tidak pernah kesulitan memasarkan ubur-ubur,” ujar Untung. “Berapa pun hasil tangkapan nelayan, akan selalu dibeli.”