REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Gebyar pemungutan suara Pilkada DKI Jakarta putaran kedua baru saja digelar, pesta rakyat untuk memimpin Ibukota Negara Indonesia tersebut menyisakan berjuta pertanyaan, siapakah pemenangnya?.
Adalah pasangan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama menjadi calon gubernur dan alon wakil gubernur, yang menurut hasil sementara perhitungan cepat suara mengungguli pasangan Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli.
Hasil perhitungan sementara Lembaga Survei Indonesia (LSI) memperkirakan pasangan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama meraih suara 53,68 persen dan Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli 46,32 persen. Sementara itu, perkiraan Indobarometer menunjukkan bahwa pasangan Joko Widodo - Basuki Tjahaja Purnama meraih suara 54,11 sementara Fauzi Bowo - Nachrowi Ramli 45,89 persen.
Perkiraan tersebut semakin mengerucutkan anggapan bahwa masyarakat Jakarta merindukan tokoh baru yang diharapkan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Figur Joko Widodo atau Jokowi yang sederhana telah berhasil meraih simpati masyarakat Kota Jakarta untuk menjatuhkan pilihan kepadanya dan kepada pasangannya Basuki Tjahaja Purnama yang lebih dikenal dengan sebutan Ahok.
Keberadaan Jokowi tentu tidak terlepas dari peran Ahok sebagai pendorong kesuksesan pasangan tersebut meraih kursi DKI 1 dan 2. Siapakah sosok Ahok sebenarnya? pria kelahiran Gantung - Desa Laskar Pelangi, Belitung Timur tersebut melanjutkan sekolah menengah atas dan perguruan tinggi di Jakarta dengan memilih Fakultas Teknologi Mineral jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti.
Setelah menamatkan pendidikannya dan mendapat gelar Sarjana Teknik Geologi (insiyur geologi) pada tahun 1989, Basuki pulang kampung dan menetap di Belitung serta mendirikan perusahaan CV Panda yang bergerak dibidang kontraktor pertambangan PT Timah. Tidak lama kemudian, Ahok memutuskan kuliah S2 dan mengambil bidang manajemen keuangan di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetiya Mulya, Jakarta.
Karir politik Ahok dimulai dengan bergabung dibawah bendera Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PPIB) yang saat itu dipimpin almarhum Dr Sjahrir. Pada pemilu 2004 ia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009.
Setelah tujuh bulan menjadi anggota dewan, rakyat mendorong Agok untuk maju menjadi bupati dan akhirnya dirinya terpilih sebagai Bupati Belitung Timur di tahun 2005 dan mengantongi 37,13 persen suara.
Berdasarkan pengalamannya sebagai pengusaha dan juga anggota DPRD yang mengerti betul sistem keuangan dan budaya birokrasi yang ada, dalam waktu singkat sebagai Bupati ia mampu melaksanakan pelayanan kesehatan gratis dan sekolah gratis sampai tingkat SMA. Tidak hanya itu, dia juga berhasil membuat pengaspalan jalan sampai ke pelosok-pelosok daerah serta perbaikan pelayanan publik lainya.
Kesuksesan ini terdengar ke seluruh Bangka Belitung (Babel) dan muncul dorongan dari sejumlah pihak kepada Ahok untuk maju sebagai Gubernur di tahun 2007. Ahok kemudian mengajukan pengunduran dirinya pada 11 Desember 2006 untuk maju dalam Pilgub Bangka Belitung 2007. Pada 22 Desember 2006, ia resmi menyerahkan jabatannya kepada wakilnya, Khairul Effendi.
Namun karena berbagai alasan Ahok yang merupakan kakak kandung dari Basuri Tjahaja Purnama, Bupati Belitung Timur periode 2010-2015 tersebut gagal menjadi Gubernur Babel. Sementara itu, Ahok adalah putera pertama dari Almarhum Indra Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsing (Bun Nen Caw).
Ia memiliki tiga orang adik, yaitu Basuri T. Purnama, Fifi Lety dan Harry Basuki. Basuki menikah dengan Veronica, seorang perempuan kelahiran Medan, Sumatera Utara, dan dikaruniai tiga orang putra-putri bernama Nicholas, Nathania, dan Daud Albeenner.
Penghargaan
Sementara itu, Basuki Tjahaja Purnama memperoleh penghargaan sebagai Tokoh Anti-Korupsi dari unsur penyelenggara negara dari Gerakan Tiga Pilar Kemitraan, yang terdiri atas Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), Kadin dan Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara (Kemeneg PAN), pada 1 Februari 2007.
Dia dinilai berhasil menekan semangat korupsi pejabat pemerintah daerah, antara lain dengan tindakannya mengalihkan tunjangan bagi pejabat pemerintah untuk kepentingan rakyat, yaitu untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis bagi masyarakat Belitung Timur. Selain itu, Ia juga terpilih menjadi salah seorang dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia, yang dipilih oleh Tempo.