Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar*
Kasyaf tidak hanya terjadi pada diri seorang nabi atau rasul yang dibekali dengan mukjizat, tetapi manusia biasa yang mencapai maqam spiritual tertentu juga bisa menyaksikannya.
Pada suatu hari yang amat panas, Rasulullah SAW berjalan menuju kompleks makam Baqi’ Al-Garqad.
Pada saat itu, sekelompok orang berjalan mengikutinya. Ketika mendengar suara sandal, Rasulullah sadar (kalau ia sedang dibuntuti). Nabi lalu mempersilakan mereka lebih dahulu.
Ketika mereka berlalu, tiba-tiba ia memerhatikan dua makam baru yang isinya dua laki-laki. Nabi berdiri dan bertanya siapa orang yang berada di dalam makam ini? Mereka menjawab fulan dan fulan. Mereka kembali bertanya kepada Rasulullah, apa gerangan yang terjadi dengan makam baru itu?
Rasulullah menjawab bahwa salah seorang di antara keduanya dulu tidak bersih kalau ia membuang air kecil dan yang satunya selalu berjalan menebar adu domba. Lalu Rasulullah mengambil pelepah daun kurma yang masih basah, sahabat bertanya untuk apa itu dilakukan? Dijawab oleh Nabi, “Agar Allah SWT meringankan siksaan terhadap keduanya.”
Mereka bertanya lagi, “Sampai kapan keduanya diazab?” Dijawab, “Ini hal yang gaib, tidak ada yang mengetahuinya selain Allah SWT. Seandainya hati kalian tidak dilanda keraguan dan tidak banyak bicara, niscaya kalian akan mendengar apa yang sedang aku dengar.” (HR Ahmad).
Dalam riwayat lain dijelaskan, Hanzalah bin Al-Rabi’Al-Usaidi berkata, “Abu Bakar datang kepadaku lalu bertanya, ‘Apa yang terjadi dengan dirimu?’ Hanzalah menjawab, ‘Aku telah menjadi seorang munafik’.
Abu Bakar berkata, ‘Subhanallah, kamu berkata apa?’ Lalu, aku jawab, ‘Kita berada di samping Nabi saat Beliau menjelaskan kepada kita tentang surga dan neraka. Saat itu seolah-olah kita sedang menyaksikan surga dan neraka dengan mata kepala sendiri. Namun, ketika keluar dari majelis beliau, kita tenggelam dengan urusan anak istri dan hal-hal lain yang sia-sia, kita banyak lupa’.”
* Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah/Wakil Menteri Agama