REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong dan mendukung adanya purnawirawan TNI yang terjun ke politik praktis yaitu bergabung dengan partai politik yang ada atau bahkan mendirikan partai namun di sisi lain diminta untuk menjaga demokrasi.
"Kini kita menganut demokrasi multi partai. Di antara kita banyak yang bergabung dan berjuang di parpol bahkan mendirikan parpol," kata Presiden saat memberikan sambutan di hadapan alumni Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) angkatan 1970 dalam acara peluncuran buku mengenai angkatan tersebut di Jakarta, Selasa (2/10) malam.
Dalam perkembangan demokrasi yang tumbuh di Indonesia saat ini kebebasan untuk mengkritik antara satu pihak dengan pihak lain, kebebasan berpendapat dihormati, namun demikian diharapkan sesuai dengan aturan dan norma yang disepakati bersama secara luas.
"Surplus kebebasan saling kritisi antara satu dengan yang lainnya itu diniscayakan dalam kehidupan demokrasi. Semua wajar, sepanjang dijalankan dalam koridor demokrasi yang beretika, moralitas politik dan tidak bersentuhan dengan masalah hukum terkait jalannya pemerintahan yang sah," kata Presiden.
Dijelaskannya, meskipun memiliki pandangan politik dan aliansi politik yang berbeda, namun para purnawirawan hendaknya tetap memiliki hubungan yang baik dan bisa mencontohkan bagaimana berpolitik yang tepat beranjak dari nilai-nilai kedisplinan dan ketentaraan yang menghormati antara satu pihak dengan pihak lainnya.
"Saya ingin sampaikan harapan saya baik kepada angkatan tahun 1970 dan kapasitas saya sebagai kepala negara, dan kakak-kakak serta adik yang masuk dalam politik praktis saya harapkan menjalankan politik yang baik dan menjaga persahabatan dan tidak menghalalkan politik segala cara," tegasnya.
Ditambahkannya, "Dewasa ini masa Indonesia adalah dalam masa transformasi. Oleh karena itu kita semua harus bisa menyesuaikan dan adaptif terhadap perubahan. Tentu kita tidak ingin seperti jaman dinosaurus semua sudah berubah kita belum berubah. Dan kita harus bisa melakukan panggilan tugas sesuai panggilan zaman. Kita juga harus berperan dalam reformasi ini, reformasi adalah perubahan. Reformasi bukan revolusi."
Sementara itu salah satu alumni Akabri angkatan 1970 Jenderal TNI (Purn) Luhut Pandjaitan saat menyampaikan sambutannya mewakili angkatan 1970 mengusulkan agar salah satu kriteria pemilihan pemimpin yang akan maju ke dalam Pemilu 2014 adalah sosok yang memiliki rekam jejak atau track record yang baik.
Ia meminta agar Presiden juga melihat siapa-siapa saja yang cocok untuk maju menjadi calon presiden pada 2014 mendatang sehingga apa yang telah dicapai saat ini bisa berkesinambungan di masa mendatang. Presiden dalam tersebut didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Buku berjudul "Mengawali Integrasi, Mengusung Reformasi" terdiri atas enam bab setebal 520 halaman dengan 40 foto.
Tim penyusun terdiri dari Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Mayjen TNI (Purn) Sudradjat, Kombes Pol (Purn) Achmad Hambali, Carmelia Sukmawati, Stella Warouw, Dr Yudha B Tangkilisan, Brigjen TNI (Purn) Anwar Muis, Atmadji Sumarkidjo dan sejumlah alumni Akabri 1970 lainnya.
Sejumlah lulusan Akabri 1970 yang berperan dalam pentas nasional dan dikenal oleh masyarakat luas antara lain Bernard Kent Sondakh, Fachruk Razi, Johny Lumintang, Subagyo HS, Agus Widjojo dan Bimantoro. Taufiqurahman Rukie, Bibit Samad Rianto, Muchdi PR Tyas Sudarto juga termasuk ke dalam angkatan 1970.
Enam alumni Akabri 1970 yang mencapai jenderal bintang empat adalah Jenderal Subagyo HS, Jenderal Fachrul Razi, Jenderal Tyasno Sudarto, Jenderal Luhut Pandjaitan, Jenderal (Pol) Suroyo Bimantoro dan Laksamana Bernard Kent Sondakh.
Akabri angkatan 1970 merupakan angkatan pertama dimana pendidikan taruna angkatan darat, udara dan laut serta kepolisian disatukan. Hadir mendampingi Presiden dalam acara itu antara lain Menhan Purnomo Yusgiantoro.