REPUBLIKA.CO.ID, Malang nian nasib lima pemuda sekitar 20 tahunan: Rizki, Bayu, Rowi, dan Ahdan. Wajah mereka membiru. Mata mereka sulit berkedip, karena terus menerus dihajar aparat. Mereka tengkurap lemas sambil merangkak dibawah terik mentari sekitar pukul 12.00 WIB, di depan Kompleks Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (3/10).
"Panas...tolong," ucap Rizki, sambil merangkak. Baju pembungkus tubuhnya sudah tersobek-sobek. Yang tersisa hanyalah celana yang menutupi pinggang hingga lutut. Tubuhnya berlumuran debu jalanan. Wajahnya meneteskan keringat yang keluar dari pori-pori kening.
Aksi teaterikal itu bermula dari demonstrasi Rizki dan keempat kawannya yang memasang spanduk menolak pembahasan RUU Kamnas. RUU ini dinilainya sama dengan UU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang pernah dibahas pada 1999 lalu.
Lagu 'Darah Juang' bersama dengan 'Sumpah Mahasiswa' yang diciptakan oleh Afnan Malay dan puisi 'Peringatan' karya Wiji Thukul, meramaikan aksi mereka. 'Di sini negeri kami/ Tempat padi terhampar/ Samudranya kaya raya/ Tanah kami subur, Tuhan/ Di negeri permai ini/ Berjuta rakyat bersimbah luka/ Anak kurus tak sekolah/ Pemuda desa tak kerja//Reff/ Mereka dirampas haknya/ Tergusur dan lapar/ Bunda, relakan darah juang kami/ Tuk membebaskan rakyat/ Mereka dirampas haknya/ Tergusur dan lapar/ Bunda, relakan darah juang kami/ Padamu kami berjanji,' ucap mereka dengan nada sendu.
UU PKB ini menelan korban seorang mahasiswa UI, Yun Hap, yang tewas, diduga karena tembakan senapan laras panjang SS1 milik Pindad. Rizki dan kawan-kawannya menilai RUU Kamnas nantinya dikhawatirkan menelan korban jiwa, seperti UU PKB. "Jangan diteruskan," jelasnya
Namun teriakannya itu berbuah tendangan dan injakan di punggungnya yang dilakukan oleh pria pemeran prajurit TNI, Riyan. Tidak hanya menendang, Riyan juga menodongkan senjata mainan laras panjang ke arah kelima demonstran.
Sekali Rizki dan kawan-kawannya bersuara menolak pembahasan RUU Kamnas maka Riyan akan menginjak-injak mereka. Kelima pemuda itu hanya bisa merangkak di atas aspal yang dibakar terik mentari di siang bolong.
Aksi yang dimulai sejak pukul 11.00 WIB itu diselenggarakan Lingkar Studi Aksi untuk Demokrasi Indonesia (LS-ADI). Aksi ini sempat menjadi perhatian sejumlah petugas keamanan dari Pengamanan Dalam (Pamdal) DPR dan Personel Polri dari Korps Brimob Satuan Pelopor.
Sekjen LS-ADI, Saiful Munir, menyatakan tidak akan pernah membiarkan DPR membahas RUU Kamnas. "Kami tidak ingin RUU ini menjadikan Indonesia kembali ke era orde baru," imbuhnya.
Pihaknya akan terus menggelar aksi pada hari yang akan datang agar pembahasan RUU Kamnas dibatalkan. "Fraksi-fraksi di DPR harus sadar bahwa RUU ini mengancam demokrasi," jelasnya.