Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar
Syekh dan mursyid selalu harus menyucikan ucapan, perbuatan, dan tindakan agar posisi spiritualnya di mata Tuhan dan posisi sosialnya di mata masyarakat selalu terpelihara.
Sebelum membersihkan dan menyucikan orang lain, dirinya terlebih dahulu harus bersih. Ia harus selalu berbicara dengan arif dan bijaksana sehingga mampu menggores kesan di dalam diri para muridnya.
Di kancah suluk, seorang syekh dan mursyid di dalam diri mereka tidak boleh mengangkat dirinya lebih tinggi dari para muridnya. Ia juga harus selalu mengingat dan memuliakan Allah sewaktu berbicara dan berkomunikasi dengan para muridnya.
Tidak boleh sedikit pun mengesankan posisi dirinya sebagai syekh atau mursyid, harus lebih tinggi daripada kedudukan muridnya. Para muridnya kemudian menghormatinya itu bagian dari etika dalam dunia suluk.
Hubungan antara salik dan syekh atau mursyid juga ada tradisinya sendiri sebagaimana akan dibahas dalam artikel mendatang.
Syekh dan mursyid betul-betul harus amanah memelihara rahasia para muridnya. Para murid diantaranya banyak yang sudah dewasa dan berumur. Mungkin di antara mereka banyak yang telah mengenyam kehidupan dalam dunia hitam lalu insaf, bertobat, kemudian memilih untuk hidup dalam dunia suluk.
Keseluruhan rahasia yang mungkin pernah diceritakan kepada nya harus ia rahasiakan. Untuk tujuan apa pun, sebaiknya syekh atau mursyid menutup rapat-ra pat rahasia itu. Ia harus yakin Allah Mahapengampun dan Mahapenyayang sehingga keseluruhan aib hamba-Nya dapat diputihkan. Ia harus gampang memaafkan ke salahan dan kekeliruan para muridnya.
Ia tidak boleh bosan dan mengeluh di dalam membimbing para muridnya. Ia harus begitu gampang memaafkan kesalahan para muridnya, sebagaimana Allah juga selalu tampil Mahapemaaf dan Mahapengampun.
Kalau perlu, ia mengabaikan haknya sendiri demi keberhasilan para muridnya. Hak-hak murid lebih diutamakan daripada hak dirinya sendiri, persis seperti orang tua dengan anak kandungnya sendiri.
Syekh dan mursyid juga harus mampu membagi waktu untuk menyendiri (berkhalwat), mengajar, dan beramal. Ia juga harus terus menambah ilmu, wawasan, dan pengalaman spiritualnya untuk kejayaan spiritual para muridnya.
Taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah—Red)) harus menjadi pemandangan sehari-harinya supaya para muridnya bisa meneladaninya. Jadi, tidak gampang menjadi syekh atau mursyid, tetapi syekh dan mursyid di depan para muridnya bagaikan Nabi di depan para sahabatnya.