Rabu 10 Oct 2012 23:54 WIB

Kemendag: Belum Ada Laporan Beras Impor Berarsenik

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Dewi Mardiani
Beras
Foto: sragen.go.id
Beras

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Deddy Saleh, mengaku belum mendengar dan menerima laporan terkait beras asal Thailand yang mengandung arsenik. Menurut Deddy, Indonesia telah lama tidak melakukan impor dari Thailand. 

"Sekarang belum impor," tutur Deddy usai sosialisasi Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60 Tahun 2012 di Auditorium Kementerian Perdagangan, Rabu (10/10).

Terkait nota kesepahaman (MOU) yang akan membuat Indonesia mengimpor beras berjumlah satu juta ton dari Thailand, Deddy menyerahkan keputusan impor itu kepada Perum Bulog. Meski begitu, Deddy meyakini, surveyor akan melakukan verifikasi beras secara ketat di negara asalnya. 

Jika terdeteksi ada kandungan yang membahayakan seperti arsenik di dalam beras, surveyor itu pasti tidak akan meloloskan beras-beras itu. "Akan dicegah itu," kata Deddy.  

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso, mengatakan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kalimantan Timur telah melakukan tes laboratorium terhadap dugaan adanya kandungan logam berat (termasuk arsenik) dari sampel beras impor Thailand 2011.  "Hasilnya tidak terdeteksi adanya itu," tuturnya. 

Khusus untuk tahun ini, Sutarto menyebut, Bulog belum melakukan importasi beras termasuk dari Thailand. Bulog, kata Sutarto, masih fokus untuk melakukan penyerapan beras hasil produksi dalam negeri. 

Menteri Pertanian Suswono menyatakan masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya isu beras asal Thailand yang mengandung arsenik. Menurutnya, Pemerintah akan menjamin keamanan bahan pangan yang masuk ke tanah air, termasuk beras.  "Kalau mengandung itu, pasti akan ditolak masuk."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement