REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komite Tetap Industri Derivatif Pertanian Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Suharyo Husein, menyambut baik rencana Menteri BUMN, Dahlan Iskan, yang ingin menggenjot produksi sorgum demi mengurangi impor gandum.
Menurut Suharyo, sorgum memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena sudah terbukti cocok ditanam di daerah-daerah kering, seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, DI Yogyakarta (Gunung Kidul), maupun Jawa Tengah (Wonogiri).
"Jadi, kalau rencananya seperti itu, kita dukung," tutur Suharyo melalui sambungan telepon, Kamis (11/10). Suharyo menjelaskan, selain sorgum, potensi terbesar untuk menggantikan gandum terdapat pada singkong.
Suharyo menambahkan, Gerakan Nasional (Gernas) Singkong Sejahtera Bersama melalui Proyek Pembangunan Klaster Industri Agro Singkong telah merambah hingga 25 provinsi. "Kedua komoditas ini memang masa depan Indonesia," katanya.
Dia meyakini, jika kedua komoditas ini digenjot secara maksimal, ketergantungan terhadap gandum bukan hanya ditekan, melainkan bisa dihilangkan. Menurut Suharyo, ketergantungan terhadap gandum (yang seluruhnya diimpor) berbahaya. "Apalagi, dengan adanya pemanasan global, terbukti produksi gandum di sejumlah negara turun."
Untuk itu, strategi penggalakkan diversifikasi pangan berbasis lokal seperti sorgum, singkong, ubi jalar, dan lain-lain terus dilakukan. Tujuannya adalah memproduksi tepung-tepungan berbahan dasar tanaman-tanaman tersebut sehingga menggantikan peranan gandum beberapa tahun ke depan. "Jika 20-40 persen komposisi gandum digantikan tepung-tepung ini, tentu sudah sangat baik," imbuh Suharyo.
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku kementeriannya akan menggenjot produksi sorgum di 2013. Sebanyak 15 ribu hektare lahan telah disiapkan demi memuluskan tujuan tersebut.
Sebagai gambaran, Indonesia merupakan negara pengimpor gandum terbesar kedua di dunia setelah Mesir. Data United State Department of Agriculture (USDA) per Mei 2012 menyebutkan impor gandum Indonesia akan mencapai 7,1 juta ton untuk tahun ini. Angka ini meningkat dibandingkan 2011 yang menyentuh 6,7 juta ton.