REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghancurkan upaya untuk muwujudkan perdamaian. Netanyahu dinilai menghindari perundingan langsung yang dilandasi atas penyelesaian dua negara.
"Saya melihat bagaimana Netanyahu sekarang menghancurkan penyelesaian dua negara. Harus dibuat jelas bahwa tak satu pun orang Palestina mau menyepakati penyelesaian satu negara buat dua bangsa," kata Abbas, menurut kutipan yang disiarkan pada Kamis (18/10) dari satu wawancara eksklusif dengan harian Israel, Yedioth Ahronot.
Di dalam wawancara itu, yang disiarkan secara lengkap pada Jumat (19/10), Presiden Palestina tersebut mengatakan Netanyahu menolak tawarannya untuk meluncurkan perundingan dengan dasar saling pengertian yang sudah dicapai dengan pendahulunya, Ehud Olmert.
Olmert dilaporkan telah menyerujui penarikan Israel dari sebagian besar wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan kedaulatan Palestina di Yerusalem Timur.
"Dalam pertemuan terakhir saya dengan Netanyahu, saya memberitahu dia, 'Mari kita lanjutkan dari tahap perundingan terhenti'. Saya menekankan sayang untuk menyia-nyiakan waktu, tapi Netanyahu memberitahu saya kami akan memulai dari serpihan," kata Abbas, seperti dilansir Xinhua.
"Ketika Netanyahu berkeras untuk membatasi perundingan pada (pengaturan) keamanan dan tentara di Lembah Jordan, saya mengumumkan penghentian perundingan," kata Abbas kepada Yedioth Ahronot.
Abbas juga menuduh pemimpin Israel tersebut secara sengaja menghindari dilanjutkannya perundingan. "Saya tidak mengerti apa yang terjadi di pihak kalian. Di satu sisi, saya membaca jajak pendapat menyatakan 70 persen orang Israel mengingini perdamaian dengan kami. Di sisi lain, saya diberitahu masalah Palestina bahkan tidak masuk dalam agenda partai politik (Israel)," kata Presiden Palestina itu.
Perundingan perdamaian pimpinan AS antara Israel dan Palestina terakhir kali diadakan di Washington pada September 2010 dan dengan cepat berhenti setelah penolakan Israel untuk memenuhi tuntutan Palestina guna memperpanjang pembekuan 10-bulan yang dilakukannya atas pembangunan permukiman di Tepi Barat.