REPUBLIKA.CO.ID,KARAWANG -- Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, akan menutup seluruh akses masuk ikan lele impor asal Malaysia. Mengingat, lele tersebut hasil perkembangbiakan dari limbah. Sehingga, bila dikonsumsi akan membahayakan.
"Kami akan tutup semua kran impor lele Malaysia itu," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Ahmad Hadadi.
Saat ini, ikan lele tersebut baru masuk Indonesia melalui Batam. Sedangkan, ke Jawa Barat masih belum ada laporannya. Biasanya, bila ada barang impor harus punya rekomendasi dari dinas terkait. Termasuk ikan. Berarti, harus ada rekomendasi dari Dinas Perikanan. Akan tetapi, khusus untuk lele Malaysia ini, instansinya tidak akan mengeluarkan izin.
Selain akan melibas lele lokal, lele impor itu dinilai tidak sehat. Sebab, informasi yang beredar, lele asal Malaysia itu dibudidayakan di air limbah. Bahkan, ikan itu di Malaysia-nya dilarang untuk dikonsumsi. Akan tetapi, justru di impor ke Indonesia.
Harga lele impor itu, hanya Rp 9.000 per kilogram. Harga tersebut, jauh lebih murah ketimbang lele lokal. Sebab, harga Lele lokal mencapai Rp 13 ribu per kilogram.
Diakui dia, lele impor ini harus terus diawasi. Khawatir, masuk ke Jabar secara ilegal. Bila masuk, ikan ini akan membahayakan. Mengingat, kesehatannya tak dijamin. Selain itu, lele impor ini akan mengancam keberlangsungan produksi lele lokal.
Diakui Hadadi, seluruh kabupaten/kota di Jabar punya potensi budidaya lele. Namun, yang paling terkenal yaitu dari Bogor, Sukabumi, Cirebon dan Indramayu.
Hasil produksi lele lokal ini, mencapai 120 ribu ton per tahun. Cukup untuk menutupi kebutuhan lokal. "Sebenarnya, tidak ada masalah selagi lele impor itu tak masuk Jabar," jelasnya.