REPUBLIKA.CO.ID, YANGOON -- Presiden Myanmar Thein Sein mulai melunak terhadap penderitaan ratusan ribu etnis Muslim Rohingya. Ia mengimbau kepada seluruh rakyat Myanmar untuk merubah sikap dan perilakunya terhadap etnis yang disebut PBB sebagai paling terzalimi di dunia itu.
"Kita harus merubah cara pandang kita pada mereka (Rohingya). Kita tidak boleh hanya mencintai etnis kita saja," imbau Thein Sein seperti dilansir The National, Senin (22/20).
Ia juga menyatakan akan membuka keran bantuan kemanusiaan dari komunitas internasional untuk etnis Rohingya. Ia menjelaskan, sekitar 50 ribu warga Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsian di beberapa wilayah di Myanmar.
"Kita harus memberi makan orang-orang itu. Dan itu memakan biaya 10 ribu dolar AS perhari. Pemerintah kita tidak mampu menyediakannya," papar Sein. Pernyataan Thein Sein ini meralat sikap dia sebelumnya yang menutup akses bantuan untuk Rohingya.
Pekan lalu, ia menolak bantauan kemanusiaan dari Organisasi Kerjasama Islam (OIC) menyusul protes keras yang dilancarkan etnis Budha Rakhine. Thein Sein bahkan pernah mengusulkan pengusiran etnis Muslim Rohingya dari negara mayoritas Budha itu.
"Kita membutuhkan bantuan kemanusiaan. Jika kita menolaknya, maka kita tidak akan diterima di dunia internasional. Soal OIC, saya tidak akan (lagi) membedakannya berdasarkan agama atau etnis," ujarnya memberi penjelasan dalam sebuah konferensi pers.
Selain itu, Thein Sein juga menginstruksikan pemerintahannya untuk meningkatkan perhatian pada pendidikan etnis Rohingya. Ia pun berjanji akan mengupayakan lapangan kerja bagi delapan ratus ribu etnis Rohingya yang kehilangan tempat tinggal akibat konflik di negara bagian Arakan beberapa bulan lalu.