Rabu 24 Oct 2012 12:39 WIB

Aparat Akui Kondisi Geografis Sulitkan Penanganan Teror Poso

PEMAKAMAN POLISI POSO. Keluarga dan kerabat almarhum Brigadir Kepala (Bripka) Anumerta Sudirman, menyambut kedatangan jenazah di rumah duka Desa Kalukuang, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulsel, Kamis (18/10).
Foto: Antara Foto
PEMAKAMAN POLISI POSO. Keluarga dan kerabat almarhum Brigadir Kepala (Bripka) Anumerta Sudirman, menyambut kedatangan jenazah di rumah duka Desa Kalukuang, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Sulsel, Kamis (18/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Salah satu kendala dalam penanganan aksi teror di Poso adalah kondisi geografis yang sulit. Kondisi itu disampaikan oleh Kepala Badan Nasional Penanganan Teroris (BNPT) Arsyad Mbai

Bentangan alam yang terdiri atas pegunungan dan hutan sehingga mempersulit gerak aparat keamanan termasuk dalam mengejar buronan aksi-aksi kekerasan yang terjadi," katanya di Jakarta, Rabu (24/10).

Ia mengharapkan semua pihak termasuk masyarakat bisa bekerja sama dalam menghadapi kasus kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi. "Karena ada hambatan fisik secara geografis, Poso itu geografisnya gunung hutan lebat," katanya di sela-sela konferensi internasional pencegahan aksi teror dan kontra radikalisasi.

Beberapa buronan teroris seperti Santoso diyakini masih beroperasi di wilayah itu dan aparat keamanan masih melakukan pengejaran.

Aparat kepolisian masih melakukan penyelidikan mengenai sejumlah aksi kekerasan yang terjadi di wilayah itu, termasuk pembunuhan terhadap dua orang petugas kepolisian. Arsyad mengatakan dari sisi intelejen ia melihat ada hubungan antara rangkaian kejadian kekerasan yang terjadi di wilayah tersebut akhir-akhir ini.

Arsyad memaparkan metode yang digunakan pelaku kekerasan di Poso adalah memancing agar konflik yang pernah terjadi di wilayah itu bisa kembali terjadi dengan memanaskan situasi. Salah satu modus operandi yakni pembakaran gereja dan sejumlah aksi kekerasan lainnya.

Ia memberikan apresiasi pada masyarakat di Poso yang sudah mengetahui upaya-upaya itu dan tidak terpancing ke dalam skenario pelaku kekerasan itu.

Meski demikian ia mengajak semua pihak untuk terus bersama-sama mencegah upaya aksi kekerasan dan aksi terorisme, menolak ideologi radikal dan juga bekerjasama dengan aparat keamanan sehingga mempersempit ruang gerak pelaku aksi kekerasan itu.

Ia juga menggarisbawahi masih lemahnya pengawasan jalur-jalur penyelundupan senjata seperti di kawasan Sangihe Talaud dan juga Nunukan dan mengharapkan pengawasan terus menerus terhadap jalur tradisional penyelundupan senjata itu dapat ditingkatkan melalui kerjasama semua pihak.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement