REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pakar Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia (ISI) Sumbo Tinarbuko, mengatakan penyebaran "sampah visual", berupa pemasangan papan reklame secara tidak beraturan, dapat mengurangi nilai Keistimewaan Daerah Yogyakarta.
"Nilai istimewa juga seharusnya berkorelasi dalam penataan ruang publik. Iklan luar ruang yang tidak teratur justru mengganggu makna keistimewaan itu sendiri," katanya saat menjadi pembicara dalam acara "Angkringan Galangpress" di Yogyakarta, Senin (29/10) malam.
Menurut dia pemasangan papan reklame dengan tidak memerhatikan estetika lingkungan justru akan memberi kesan bahwa Yogyakarta tidak toleran lagi, karena justru akan memberi teror visual kepada penduduknya.
"Rontek, spanduk, umbul, reklame yang merusak keasrian kota justru menjadikan Jogja tidak lagi terkesan istimewa bahkan berubah memberikan teror visual kepada penduduknya," katanya.
Untuk itu, dia mengimbau kepada para pemasang iklan agar tiang listrik, pohon-pohon serta tempat yang tidak semestinya digunakan di kawasan Kota Yogyakarta jangan ditempeli reklame karena akan menjadi sampah visual.
"Tiang listrik, pohon-pohon itu jangan dipakuin dengan sampah visual karena akan mengganggu keistimewaan lingkungan Yogya,"katanya.
Dulu, kata dia sepertinya sudah ada "masterplan" tentang peraturan pemasangan iklan oleh pemerintah kota Yogyakarta tapi hingga kini belum terealisasi. Sekarang ini, tambah dia, sampah visual sudah mulai menyerang bangunan-bangunan warisan budaya yang seharusnya benar-benar dijaga.
"Anehnya sampah visual sekarang sudah mulai tertempel di tembok Beteng dan aset-aset budaya yang lain," katanya.