REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Perbedaan waktu antara Jakarta dan Inggris ikut mempengaruhi pola tidur dan pola kerja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan delegasi
Dalam rapat yang digelar pada Rabu (31/10) pagi pukul 09.00 di Hotel Grosvenor House, Presiden SBY memberikan sedikit intermezzo.
“Sedikit, saya menyampaikan, barangkali yang saudara alami juga. Karena perbedaan tujuh jam, setengah dua malam saya sudah terbangun,” katanya sambil tertawa kecil. Penyataan itu mengundang gelak tawa para menteri dan delegasi yang hadir.
Ia bercerita jika kebiasaan di tanah air, jam berapa pun terbangun, maka harus bangun. Lalu apa yang dilakukan Presiden saat masih mengalami jet lag? Ia mengaku langsung bekerja, mengerjakan semua, mengoreksi.
"Karena saudara tahu, presiden tidak boleh salah. Can do no wrong. Satu kalimat pun, satu data pun, satu angka pun tidak boleh keliru. Itulah saya periksa sepanjang subuh tadi,” katanya.
Presiden pun mengundang Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalhi, Duta Besar RI untuk Inggris Hamzah Thayed dan staf pribadi untuk mencocokan kembali. Menurutnya, dengan perbedaan waktu tujuh jam itu memberikan manfaat tersendiri.
“Allah itu maha adil. Karena dikasih perbedaan time zone tujuh jam, akhirnya kita dibangunkan jam 2. Ada waktu untuk mengerjakan itu. Coba kalau gak ada, tidur nyenyak kita, tidak sempet mengoreksi yang begitu banyak itu. Betapa apa namanya kekuatan dan kebesaran tuhan untuk menolong umatnya yang sulit untuk mngatasi jet lag itu dikasih pekerjaan sehingga meaningfull-lah sekian jam itu,” katanya.