REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang tenaga kerja wanita asal Indonesia, Mariah (29 tahun) tak diketahui keberadaannya di tengah krisis Suriah. Keluarga telah melaporkan hal tersebut pada Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan (SP) Oktober lalu, namun pihak pemerintah hingga kini belum menemukan keberadaan Mariah.
Pengacara SP, Ummy Habsyah menuturkan, ibunda Mariah, Ambu Masih asal Sukasari melaporkan putrinya tak dapat dihubungi sejak pergolakan di Suriah terjadi.
"Mariah merupakan TKW resmi. Ia memiliki kontrak dua tahun sejak 26 April 2011. Ibunya minta dipulangkan," ujarnya.
Sementara Ketua Divisi Migrasi dan Traficking SP, Thaufiek Zulbahary mengatakan, pihaknya mendapat laporan korban tenaga kerja di Suriah sejak Oktober 2011 hingga November 2012 sebanyak 33 orang yang semuanya terjebak di Aleppo, kota paling bergolak yang menjadi rebutan oposisi dan militer Suriah.
Lima diantaranya masih terjebak di dalam gejolak perang sipil Suriah.
Dari Lima orang yang dilaporkan tersebut, baru satu yang dapat kepastian pulang, yakni Sutijah (29 tahun) TKW asal Karawang pada 26 Januari mendatang dan menyusul dua orang lainnya.
"Satu orang belum jelas nasibnya, Mariah karena belum ditemukan, entah meninggal atau tidak," kata Thaufiek, Senin (26/11).
Thaufiek mengatakan, pihaknya telah meminta bantuan BNP2TKI maupun Kementerian Luar Negeri untuk menemukan Mariah.
"Negara wajib memenuhi hak memulangkan buruh migran dari negara perang. Pemerintah perlu serius bertanggung jawab pada proses kepulangan WNI, terutama di Suriah. Atau melakukan upaya-upaya serius seperti mencari info terkait Mariah yang tidak jelas keberadaannya," kata Thaufiek.