Selasa 27 Nov 2012 21:31 WIB

Lynette Wehner, Berkah Mengajar di Sekolah Islam (3-habis)

Rep: Fitria Andayani/ Red: Chairul Akhmad
Lynette Wehner
Foto: pinterest.com
Lynette Wehner

Damai Menjadi Muslim di Amerika

Lynette merasa beruntung menjadi Muslimah, di saat kebanyakan mualaf tidak mengalaminya.

Tidak ada sistem yang mendukung mereka sehingga tidak aneh bila banyak mualaf yang kemudian berpaling kembali dari Islam.

"Kebanyakan mualaf, terutama yang tidak berada di negara Islam, seperti Amerika, tidak memiliki orang-orang di sekelilingnya yang juga Muslim. Akibatnya, mereka tidak mendapatkan bantuan dan dukungan untuk mendalami Islam," kata Lynette.

Ketiadaan sistem itu pula yang membuat para mualaf acap merasa kesepian. Misalnya, ketika harus merayakan hari raya sendirian. Hal itu terasa sangat berat.

Sebagai Muslim satu-satunya di keluarganya, Lynette harus tetap terbuka dan fleksibel. "Agar saya tetap berhubungan baik dengan keluarga saya dan tetap menjaga keislaman saya,'' prinsipnya.

Selain itu, begitu banyak acara kumpul-kumpul seusai kerja yang terpaksa ia lewatkan karena teman-temannya tidak merasa nyaman atas kehadirannya. Mereka tidak mengundang Lynette ke pesta ataupun hanya mengobrol di bar.

Sementara kalaupun diajak, Lynette juga tidak nyaman karena yang dilakukan di pesta bisa saja bertentangan dengan Islam.

Lynette pun mengisahkan, saat pertama kali menjadi Muslimah, dia sama sekali tidak memiliki informasi mengenai tempat ataupun orang yang bisa didatangi untuk mendalami Islam.

Hal ini sangat menyedihkan hatinya. Sebab, ketika menjadi mualaf, seseorang memerlukan bantuan Muslim lainnya untuk memberi tahu dan mengingatkan mengenai apa yang harus dilakukan. Misalnya, cara berpakaian atau apa yang harus dikatakan.

Tanpa adanya pemasok informasi, para mualaf akan mudah melakukan kesalahan dalam memahami Islam. "Banyak yang berpikir, ketika menjadi seorang Muslim, dia harus semirip mungkin dengan orang Arab. Ini salah," tegas Lynette.

Amerika, bagi Lynette, adalah tempat yang sangat luas dan bebas bagi para Muslim untuk mempraktikkan keislamannya. "Kami bebas beribadah, bebas berpakaian seperti yang aku inginkan. Aku merasa damai. Aku merasa keislamanku dan identitas Amerika-ku bisa berjalan bersamaan secara harmonis," ujarnya.

Dalam pandangan Lynette, budaya Amerika tidak jauh berbeda dengan negara lain. Ada yang baik dan buruk. "Yang penting aku mendengar Allah dan mengikuti-Nya dan tidak terpengaruh atas apa pun,” tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement