REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan optimis perbaikan jalur kereta listrik (KRL) di Cilebut Bogor, bakal kelar 10 hari lagi. Sebelumnya terjadi longsor di kampung Babakan Sirna Cilebut yang menyebabkan jalur rel KRL di wilayah itu ambruk 21 November lalu.
Hal ini ditegaskan Direktur Keselamatan Perkeretaapian Dirjen Perkeretaapian Kemenhub, Hermanto Dwiatmoko. "Diharapkan 10 desember sudah normal," katanya pada wartawan, Kamis (29/10).
Meski demikian, ia mengatakan hal ini akan sangat tergantung dengan kondisi lapangan setempat. Karena itu, sebelum dioperasikan, pihaknya akan melakukan pengujian terlebih dahulu.
Untuk jalur hilir, misalnya, agar semakin kuat, pihaknya sudah menginstruksikan perbaikan menggunakan baja pilihan hingga di kedalaman bidang longsor. Ini untuk menahan kontur tanah yang labil. Ini juga akan bergantung pada situasi cuaca. Tingginta curah hujan di sekitar wilayah longsor bisa memperlambat perbaikan jalur.
Di kesempatan yang sama, ia pun menuturkan penyebab sebenarnya mengapa longsor terjadi. Menurut penelitian yang dilakukan, longsor di jalur KRL Jakarta-Bogor itu terjadi akibat pendangkalan sungai. "Sungai Kalibaru sudah mengalami pendangkalan, sehingga pada waktu kejadian, air meluap ke jalan," jelasnya. Perubahan tata kelola lahan menjadi perumahan yang membuat penyempitan sungai turut menyumbang bencana ini terjadi.
Sementara itu, Menteri BUMN, Dahlan Iskan, saat ditemui beberapa waktu lalu menilai longsor di jalur km 45+500 ini terjadi akibat pengaruh lingkungan. Menurutnya di daerah sekitar tak lagi mendukung konstruksi rel kereta. Pasalnya selama 100 tahun, dari zaman kolonial, tak pernah sekalipun longsor terjadi di wilayah itu.
Sebenarnya rute Jakarta-Bogor dan sebaliknya sudah mulai bisa melayani penumpang sejak 27 November lalu. Namun, pelayanan belum optimal karena hanya satu jalur yang bisa dilintasi dan KRL hanya beroperasi pada pagi dan sore hari.