REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sejarawan di Medan mengusulkan kepada pemerintah untuk mengangkat Sang Naualuh Damanik, tokoh Siantar yang aktif menentang kolonialisme Belanda di Simalungun pada 1888 menjadi Pahlawan Nasional.
Sejarawan dari Universitas Negeri Medan (Unimed) Erond Damanik di Medan, Jumat (30/11), mengatakan, baru-baru ini telah digelar seminar nasional dalam rangka memperingati 100 tahun wafatnya Sang Naualuh Damanik dengan tema 'Kepahlawanan Sang Naualuh Damanik Dalam Menentang Kolonialisme Belanda di Sumatera Utara.'
Lima sejarawan yang hadir sebagai pemateri yakni Usman Pelly, Asvi Warman Adam, Suparyitno, Muhamamd TWH, dan Edy Sumarno. Mereka menyimpulkan Naualuh Damanik sebenarnya bukan lagi milik orang Simalungun, tetapi telah menjadi milik bangsa dan memang layak menjadi Pahlawan Nasional.
Ia mengatakan dalam waktu dekat akan diadakan rapat untuk menindaklanjuti rekomendasi seminar. Rapat tersebut bertujuan untuk membentuk panitia pengusulan Sang Naualuh Damanik menjadi Pahlawan Nasional.
Panitia ini juga akan bekerja untuk menyiapkan naskah akademik pengusulan Sang Naualuh Damanik menjadi Pahlawan Nasional. Demikian pula untuk melakukan penelitian terutama masa hidup Sang Naualuh Damanik selama di pembuangan di Bengkalis, Riau.
"Jika tidak ada aral melintang, maka dalam waktu enam bulan ini naskah akademik dan pendukung lainnya seperti surat dukungan, rekomendasi Dinas Sosial Provinsi Sumut maupun Gubernur Sumut akan kita selesaikan dan diharapkan pada Juli 2013 naskah pengusulan telah masuk ke Kementerian Sosial di Jakarta," bebernya.
Sejarawan Unimed lainnya Prof Usman Pelly mengatakan, dari kriteria umum dan khusus yang dipersyaratkan dalam UU No 20 tahun 2009 tentang Tanda Gelar maka Sang Naualuh Damanik pantas mendapat gelar Pahlawan Nasional.
Naualuh Damanik dinilai benar-benar memperjuangankan nasib rakyat Siantar terutama dari ekspansi perkebunan asing. Ia juga menolak menandatangani 'korte verklaring' (pernyataan tunduk) karena apabila itu ia lakukan maka kemerdekaan di Siantar akan hilang sampai akhirnya ia ditangkap dan dibuang.
"Jadi, sesungguhnya ia telah melakukan perlawanan yang hebat meski tidak melakukannya dengan kontak senjata," katanya.
Sejarawan Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Suprayitno mengatakan sumbangsih Sang Naualuh?Damanik untuk rakyatnya cukup besar baik dari segi ekonomi, budaya, religi, kesehatan, maupun pendidikan. Ia juga telah menanamkan delapan sikap keteladanan yang patut ditiru.
"Persoalan bangsa Indonesia dewasa ini adalah persoalan keteladanan yaitu hilangnya teladan-teladan yang patut dicontoh. Sosok Sang Naualuh Damanik memiliki sikap itu yang dibuktikan hingga ia meninggal dunia di pengasingannya di Belanda," katanya.