Jumat 30 Nov 2012 23:03 WIB

Nasib Anak TKI Butuh Perhatian

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Chairul Akhmad
Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat
Foto: Antara
Kepala BNP2TKI Jumhur Hidayat

REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO – Nasib anak-anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI) diminta jangan ditelantarkan. Apalagi terhadap anak-anak yang berada di daerah kantong TKI.

Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Moh Jumhur Hidayat, mengatakan aparatur pemerintah berupaya merefleksi kegiatan di kantong-kantong TKI lain di seluruh Indonesia.

"Dari mulai pendidikan Pendidikan Anak Usaha Dini (PAUD) dan kegiatan ekonomi produktif, misalnya peternakan kambing dan ayam hingga Koperasi," ujarnya di Desa Tracap, Kaliwiro, Wonosobo, Jumat (30/11).

Anak-anak, kata Jumhur, tidak boleh menjadi korban atas usaha yang dilakukan orang tua. Dia meminta anak-anak harus menjadi prioritas utama.

Namun, hal ini tidak bisa hanya menjadi tugas pemerintah saja. Perlu kerjasama dengan tugas LSM, lembaga donor internasional dan stakeholder terkait untuk memajukan pendidikan anak-anak TKI.

"Saya akan berkoordinasi dengan  Kemdiknas untuk menyediakan dana yang cukup bagi pendidikan anak-anak TKI. Tidak boleh ada desa TKI yang tidak terbina khususnya anak-anaknya," ucap Jumhur.

 

Perbaikan kehidupan tidak hanya diperuntukkan bagi anak TKI, tetapi juga terhadap TKI itu sendiri yang bernasib kurang baik.

Untuk itu, kata Jumhur, BNP2TKI dan International Organization for Migration (IOM) Indonesia telah mengembangkan kerjasama untuk melakukan reintegrasi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) terhadap TKI.

Kerjasama yang melibatkan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Wonosobo ini diwujudkan dalam bentuk program pemberdayaan 52 orang dari 72 TKI TPPO di Desa Tracap, Kecamatan Kaliwiro, Kabupaten Wonosobo. "Saya bersyukur bisa meresmikan Kampung TKI dan Peluncuran Koperasi TKI di Desa Tracap,  Kabupaten Wonosobo," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement