REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingginya elektabilitas mantan Ketua Umum Partai Golkar (PG) Jusuf Kalla (JK) dibandingkan Ketua Umum sekaligus capres PG, Aburizal Bakrie (Ical), membuat goncangan sendiri dalam tubuh partai.
Hal ini terjadi karena beberapa kader sangsi akan Ical dan kemungkinan beralih mengusung JK sebagai Capres. Terlebih setelah munculnya rilis Lembaga Survey Indonesia (LSI) yang menempatkan JK diatas Ical sebagai Capres 2014. Juga, ditambah dengan wacana akan majunya JK dalam bursa Pilpres 2014 mendatang.
Menanggapi hal itu, PG mengaku akan tetap pada keputusannya mengusung Ical sebagai Capresnya. Karena, keputusan tersebut sesuai dan mengacu pada Rakernas. "Apapun yang terjadi kami tetap dalam keputusan Rakernas," ujar Ketua DPP PG Hadjriyanto Y Thohari, Ahad (2/12).
Meski rendahnya elektabilitas Ical saat ini, kata dia, PG tetap tidak akan berubah pikiran. Bahkan, PG akan memberi hadiah berupa sanksi keras kepada kader yang tidak patuh terhadap keputusan partai terkait pengusungan Ical untuk maju ke Pilpres 2014 nanti.
Wasekjen Partai Golkar, Nurul Arifin, tidak menampik bahwa masih ada pendukung JK di partai berlambang pohon beringin itu. Untuk itu, dia mengimbau agar seluruh kader partai tetap konsisten mengikuti keputusan partai untuk mengusung Ical di Pilpres 2014 nanti.
"Kalau tidak mengikuti keputusan partai (mendukung Ical) tentu akan kita berikan sanksi. Itu sesuai dengan AD-RT partai," tegas Nurul.
Sementara menanggapi hasil survei yang dirilis oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang menempatkan posisi Ical dibawah JK bukan menjadi penghalang bagi Partai Golkar. Menurut Nurul, partainya sudah terbiasa mendapatkan serangan setiap menjelang Pemilu.
Meski begitu, pihaknya mengaku bangga atas bangga atas kepercayaan publik kepada JK untuk memimpin Indonesia.
"Pak JK itu kan banyak organisasi sosial yang beliau tekuni, pada umumnya kami bangga mantan Ketua Umum Golkar itu masih difavoritkan untuk publik," kata Nurul
Seperti diketahui, Hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI) Berdasarkan kualitas personal tokoh-tokoh dengan nilai 60 atau lebih (lulus) menurut opinion leader adalah: Mahfud MD (79), Jusuf Kalla (77), Dahlan Iskan (76), Sri Mulyani (72), Hidayat Nurwahid (71), Agus Martowardojo (68), Megawati Soekarnoputri (68), Djoko Suyanto (67), Gita Wirjawan (66), Chairul Tanjung (66), Endriartono Sutarto (66), Hatta Rajasa (66), Surya Paloh (64), Pramono Edhie Wibowo (64), Sukarwo (63), Prabowo Subianto (61), Puan Maharani (61), dan Ani Yudhoyono (60).