REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemilihan Presiden 2014 berpotensi untuk memunculkan wajah baru sebagai calon alternatif. Lembaga Survey Indonesia mencatat popularitas calon presiden sekarang tidak lagi memenuhi kualitas publik
Berdasarkan hasil survey LSI, sepuluh besar capres yang populer hanya memperoleh 33 persen suara dari masyarakat Indonesia. Selebihnya, justru menentukan pilihannya pada nama-nama lain secara acak.
Direktur Eksekutif LSI, Kusridho Ambardi mengatakan, muncul kriteria calon alternatif dari nama-nama tersebut. Oleh karena itu, Kusridho mengaku akan menggagas sistem opinion leader untuk menyalurkan suara rakyat yang belum terakomodasi tersebut. "Dimana, orang-orang yang mempunyai kualifikasi tertentu, menilai kelaikan para calon alternatif itu,"katanya pada wartawan di Plaza Barat, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, Ahad (2/12).
Ambardi mengatakan, adapun kualifikasi dari opinion leader tersebut yakni, orang-orang yang mempunyai informasi ataupun wawasan mengenai track record para calon itu. Seperti halnya, pengemban pendidikan S-3, pimpinan redaksi media massa dan pengusaha nasional.
Dengan adanya penilaian ini, ujarnya, paling tidak bisa menjadi tuntunan masyarakat dalam menentukan pilihanya saat pemilu mendatang. Sehingga, nama-nama tersebut dapat mewakili kriteria pimpinan yang diinginkan masyarakat. "Para calon alternatif tersebut dinilai telah memiliki integritas, kapabilitas dan aksesbilitas yang memadai," ucapnya.