REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA---Data di Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pengangguran dengan pendidikan setaraf SMA/SMK dan Diploma/Universitas lebih banyak dibandingkan dengan lulusan SD. Lapangan pekerjaan yang sesuai untuk pendidikan tinggi dinilai belum memadai untuk menyerap pengangguran intelektual ini. “Pengangguran dengan pendidikan rendah kecenderungannya lebih sedikit dibandingkan dengan lulusan SMA/SMK dan universitas, “ ujar Kasubid Statistik Ketenagakerjaan BPS, Wachyu Winarsih, kepada Republika, Ahad (2/12).
Pada Agustus 2012, jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2012 mencapai 110,8 juta orang dari angkatan kerja sebanyak 118 juta orang. Adapun, tingkat pengangguran mencapai 6,14 persen. Tingkat pengangguran ini telah menurun dari Februari 2012 sebesar 6,32 persen dan Agustus 2011 sebesar 6,56 persen.
Dari tingkat pengangguran terbuka tersebut, pendidikan menengah (SMK/SMA) menempati posisi tertinggi yakni SMK sebesar 9,87 persen dan SMA sebesar 9,60 persen. Angka itu disusul tingkat pengangguran terbuka lulusan diploma sebesar 6,21 persen dan universitas sebesar 5,91 persen. Sementara, pengangguran lulusan SD ke bawah hanya mencapai 3,64 persen.
Tingkat pengangguran intelektual pada Agustus tersebut telah membaik dari Februari 2012. Lulusan diploma yang mengganggur pada Februari mencapai level 7,5 persen. Adapun, lulusan universitas mencapai 6,95 persen.
Menurut Wachyu masih besarnya tingkat pengangguran lulusan SMK/SMA, diploma dan universitas karena lapangan pekerjaan yang tidak memadai. “Untuk lulusan SMA misalnya, mereka maunya kerja di pabrik, tapi tidak semua pabrik bisa menyerap, “ ujarnya. Sementara, lulusan SD ke bawah masih mau bekerja serabutan dimana lapangan pekerjaannya lebih luas.
Dengan minimnya lapangan pekerjaan itu, lulusan pendidikan tinggi semakin banyak. Wachyu menyebutkan lulusan diploma dan universitas mencapai sekitar 10 juta orang. Adapun, lulusan SMP ke bawah mencapai sekitar 70 juta orang.