REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Muhammad Akbar Wijaya dari Amman, Yordania
AMMAN -- Amerika Serikat dan Israel tak akan tinggal diam dengan kemenangan Palestina di PBB. Pascapengakuan Palestina sebagai negara di PBB, Amerika Serikat, Israel, sekutu mereka di Eropa terus memberikan tekanan ke Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
“Mahmoud Abbas menerima tekanan dari Amerika Serikat, Israel, dan negara sekutu di Eropa,” kata Ketua Dewan Nasional Parlemen Palestina, Saleem Alzanun Abu al-Adib kepada delegasi Komisi I DPR untuk Palestina, di Amman Yordania, Senin (3/12).
Tekanan Amerika Serikat dan sekutunya dilakukan dengan berbagai cara. Saleem mencontohkan Amerika Serikat mengancam akan menunda dan bahkan mengurangi bantuan kepada rakyat Palestina.
Amerika Serikat juga mengancam akan mengurangi representasi Palestina di PBB. Tekanan besar yang diberikan Amerika Serikat ke Palestina tidak lepas dari kekhawatiran Israel. “Israel merasa takut dengan keputusan di majelis PBB,” ujar Saleem.
Saleem menyatakan Israel takut pengakuan Palestina sebagai negara di PBB bakal membawa dampak buruk bagi Zionisme. Peningkatan status Palestina di PBB bisa membuat Palestina memiliki hak untuk mengajukan Israel sebagai penjahat perang ke mahkamah internasional.
“Israel takut jika Palestina menyeret mereka ke meja hijau atas pembunuhan yang mereka lakukan terhadap rakyat palestina, Ahmad Aal-Jabbari, dan Syeikh Ahmad Yassin,” ujarnya.
Di samping soal itu, Israel juga takut pemukiman yang mereka bangun selama ini di tanah Palestina dihancurkan. Sebab pengakuan kedaulatan PBB di Palestina secara otomatis menjadikan wilayah Palestina ikut berdaulat. “Tanah Palestina bukan lagi tanah sengketa. Melainkan tanah yang dijajah Israel,” katanya.
Ketua Delegasi Komisi I untuk Palestina, Mahfudz Siddiq menyampaikan, otoritas Palestina harus segera membangun komunikasi dengan negara-negara pendukung. Ini penting guna meredam dampak ancaman Amerika Serikat, Israel, dan sekutunya.
Menurut Mahfudz, Palestina harus segera dapat mengalihkan bantuan-bantuan finansial yang selama ini mereka terima ke bantuan yang bersifat pemberdayaan. “Sebaiknya Palestina mengajukan bantuan berupa pembukaan lapangan kerja di Palestina,” ujar Mahfudz kepada Republika Online.
Mahfudz menyampaikan Indonesia tidak bisa terus menerus memberikan dukungan finansial kepada Palestina. Hal ini karena Indonesia sendiri adalah negara berkembang yang tengah mengejar ketertinggalan ekonomi. Kendati begitu Mahfudz memastikan Indonesia akan terus memberikan dukungan politik kepada Palestina dalam forum-forum multilateral seperti PBB.