REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Rumah mantan istri Bupati Garut, Aceng HM Fikri di Kampung Cukanggaleuh, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, diawasi oleh orang tak dikenal sejak ramainya pemberitaan soal pernikahan siri bupati.
"Ada beberapa orang tak dikenal, katanya untuk menjaga keluarga FO (mantan istri bupati), yang suka mendapatkan teror," kata Yati Sumiyati (45) salah seorang warga Kampung Cukanggaleuh, Selasa.
Ia menerangkan, keberadaan orang yang mengawasi rumah FO (18) itu hanya mengaku datang dari kawasan perkotaan Garut yang ditugaskan untuk menjaga keluarga Fo.
Berdasarkan informasi yang diterima warga, kata Yati, keluarga FO seringkali mendapatkan ancaman dari orang tak dikenal melalui sambungan telepon.
"Sejak ada kabar keluarga FO suka diteror, orang yang bukan warga sini banyak yang datang, katanya untuk melakukan penjagaan di kampung kami," katanya.
Ia mengatakan, orang yang mengawasi rumah FO berjumlah antara tiga atau empat orang yang setiap harinya selalu diganti dengan orang yang berbeda-beda.
Keberadaan orang itu, lanjut Yati, melakukan pengawasannya di luar. Jika sudah larut malam orang tak dikenal itu tidur di rumah warga yang berdekatan dengan rumah keluarga FO.
"Jadi mereka datang gantian setiap harinya, mereka juga ada yang sampai tidur di rumah tetangga keluarga FO," katanya.
Sementara itu, rumah yang ditempati FO beserta orang tuanya itu tampak sepi dari penghuninya, bahkan di lingkungan Pondok Pesantren Al-Fadilah tidak jauh dari rumahnya itu, FO maupun orang tuanya tidak ditemui keberadaanya.
Sementara itu, kakek FO, Heru (80) mengatakan FO dan orang tuanya sudah tidak ada di rumahnya sejak Sabtu (1/12).
Ia tidak memberitahukan kemana dan dimana anak dan cucunya itu berada.
"Saya tidak tahu mereka kemana," katanya yang diakhiri permohonan maaf tidak bisa memberikan keterangan lebih lanjut.
Sementara itu, FO dinikahi Bupati Garut, Aceng HM Fikri secara siri, 14 Juli 2012, empat hari kemudian Bupati menceraikan FO melalui lisan dan diperjelas dengan pesan singkat telepon seluler.
Akibat tindakan Bupati itu, menuai protes sejumlah elemen masyarakat Garut, tokoh ulama, hingga ramai diberitakan diberbagai media massa.