REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemahaman masyarakat yang masih minim, terutama dalam menyikapi perkembangan teknologi, kerap menjadi penyebab utama gesekan antarwarga.
"Sekarang telepon genggam itu bukan hanya orang perkotaan yang punya. Di sini salah satunya juga pemahaman masyarakat akan kebenaran SMS masih kurang," kata Wakil Kapolda Nusa Tenggara Barat, Komisaris Besar Polisi Martono saat ditemui di kantornya, Kamis (6/12).
Soal pesan singkat yang menyesatkan, menurut Kapolda, memang menjadi catatan hitam tersendiri di NTB. Pasalnya, hanya gara-gara SMS berisi informasi yang belum tentu benar, lima orang menjadi korban keberingasan massa di sejumlah wilayah di Lombok bulan lalu.
Masyarakat begitu mudah tersulut emosinya dan tidak segan menghabisi orang. Faktor kedua, menurut Martono, adalah solidaritas di antara warga yang masih kuat.
Ia mencontohkan, sekelompok remaja yang sedang berada dalam suatu konser terlibat bentrok hanya karena bersenggolan saat sedang menikmati pertunjukkan.
Kebanyakan, masih kata Martono, kasus bentrokan yang terjadi, tidak ada masalah yang prinsipil. Hanya karena masalah sepele.
Untuk mengatasinya, kepolisian mengusahakan agar konflik tidak meluas. Aparat keamanan juga menjalin komunikasi dengan bupati dan tokoh masyarakat setempat untuk meredakan amarah massa.