REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pernah membayangkan tinggal di rumah berlantai kotoran sapi? Mungkin Anda akan merasa jijik. Tapi bagi masyarakat suku Sasak, salah satu suku asli yang mendiami Pulau Lombok, itu hal yang biasa.
Tidak hanya lantainya, namun dinding serta tangganya juga mengandung kotoran sapi. Kotoran sapi tersebut menjadi pengganti semen untuk membangun rumah mereka.
Inilah satu keunikan dan tradisi suku Sasak yang hingga saat ini masih dipertahankan. Rumah yang menjadikan kotoran sapi sebagai pengganti semen ini, bisa ditemui di Desa Sade, Rembitan, Lombok Selatan. Untuk menjangkaunya tidak sulit.
Desa Sade berada di tepi jalan poros yang menghubungkan Kota Mataram dengan daerah di bagian selatan Lombok. Dari bandara Praya Lombok Internasional, desa ini bisa dijangkau cukup 25 menit saja.
Menurut Awang, pemuda Sasak yang menjadi pemandu wisata di desa itu, rumah asli masyarakat Sasak dari zaman dahulu memang lantainya terbuat dari kotoran sapi. Kotoran sapi itu dicampur dengan sekam padi dan tanah liat.
Saat Republika berkesempatan memasuki salah satu rumah asli warga Sasak, Sabtu (8/12), cerita lantai dengan kotoran sapi itupun terlihat. Permukaannya terlihat sangat licin. Warnanya coklat kehijauan. Jika diamati dengan seksama, terlihat jelas serat-serat kasar, dan yang terbayang memang kotoran sapi!
Tapi jangan khawatir. Meski dari kotoran sapi, tak ada aroma tak sedap menyengat yang tercium. Awang mengatakan, untuk mencegah lantai atau dinding bangunan retak-retak, sebulan sekali, lantai tersebut dipel. Apa bahan yang digunakan untuk mengepelnya? Wah, lagi-lagi kotoran sapi!
Menurut Awang, jika lantai sudah dipel dengan kotoran sapi, kotoran itu akan dibiarkan mengering selama 20 menit. ''Kalau sudah kering, baru dibersihkan kembali. Dan lantai akan kembali mulus dan bersih,'' ujarnya.
Penggunaan kotoran sapi pada lantai dan dinding di rumah suku Sasak ini, ternyata punya tujuan lain. Menurut Awang, kotoran sapi itu mengandung zat yang bisa mengusir nyamuk dan memberikan efek hangat di dalam ruangan rumah. Maklum saja, jika malam hari, udara di desa ini cukup dingin karena dinding dan atapnya pun hanya terbuat dari bambu dan atap jerami.
Nah, ingin mencoba sensasi mulusnya rumah berlantai kotoran sapi ini? Datang saja ke perkampungan suku Sasak di Desa Sade!