Kamis 13 Dec 2012 17:30 WIB

Kasus Bakso Celeng, Warung Bakso di Cipete Tetap Dagang

Rep: Alicia Saqina/ Red: A.Syalaby Ichsan
bakso sapi
Foto: natural cooking club
bakso sapi

REPUBLIKA.CO.ID, KEBAYORAN BARU -- Kedai bakso di sepanjang Jalan Damai Raya, Kelurahan Cipete Utara, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selayan, Kamis (13/12), tetap buka. 

 

Para pedagang bakso tidak terpengaruh dengan diamankannya pemilik jasa penggilingan daging yang menggunakan campuran daging babi hutan, di Jalan Damai Raya, Cipete, Rabu (12/12) kemarin.

Pedagang bakso digerai Mie Ayam Bakso bernama M T, Wahyu, mengatakan, sama sekali tidak ada alasan yang menghalanginya untuk menutup warung bakso milik bosnya itu. 

"Ya mana mungkin berani, kemarin itu di sini sudah ramai. Kalau tidak kan ini mending tutup," tutur dia, Kamis (13/12), saat ditemui ketika dia sedang melayani beberapa pelanggannya yang makan di tempat.

Wahyu mengatakan, panganan bakso milik warung bakso M T terbuat dari daging sapi asli. Bakso warung M T, kata dia, terbuat dari campuran daging sapi asli dan daging ayam. 

Wahyu melanjutkan, memang warung bakso M T pun menggunakan jasa penggilingan daging, tetapi tidak pada tempat yang diamankan oleh petugas kemarin. Dalam sehari, kata dia, warung Bakso M T bisa menggilingkan daging sapi sebanyak 30 hingga 40 kilogram.

Berdasarkan pantauan Republika, terdapat dua warung bakso lainnya di Jalan Damai Raya - selain warung M T -yang tetap buka. Pedagang tidak terpengaruh dengan adanya peristiwa penggerebekan tempat penggilingan daging bakso yang dicampur dengan daging babi hutan (celeng), kemarin.

Kedua warung tersebut yaitu, kedai Bakso N dan satu kedai Mie Ayam Bakso, yang letaknya tidak jauh dari warung M T.

Seorang penggemar bakso, Syaiful, mengaku sedikit khawatir dengan kejadian kemarin. Pasalnya, Syaiful mengaku tidak bisa membedakan mana bakso yang dicampur daging celeng. ''Pakai perasaan saja. Rasanya enak, yang lain tidak ada. Ini kan  juga sudah langganan,'' kata Syaiful.

Senada dengan Syaiful, Umar menyatakan tidak ada alasan berhenti mengonsumsi bakso. Namun sayangnya serupa dengan Syaiful, dirinya tidak bisa pula membedakan mana olahan bakso yang terbuat dari daging sapi asli. ''Mungkin dari baunya ya mbak,'' kata dia ragu, seraya tertawa.

Bedanya, ia tidak begitu khawatir seperti Syaiful. ''Pokoknya yang menurut saya rasa baksonya enak,'' imbuhnya yang sedang melahap bakso besar terakhir.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement