Kamis 13 Dec 2012 20:54 WIB

Depopulasi, Jurus Jitu Tangani Flu Burung?

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Seorang petugas Dinas peternakan melakukan penyomprotan di kandang ayam warga untuk mencegah virus flu burung (H5N1).
Foto: Antara/Fiqman Sunandar
Seorang petugas Dinas peternakan melakukan penyomprotan di kandang ayam warga untuk mencegah virus flu burung (H5N1).

REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta--Menanggulangi flu burung, depopulasi disebut sebagai strategi jitu untuk memangkas penyebaran virus tersebut. Seluruh unggas yang berada dalam radius satu kilometer dari lokasi itik yang terinfeksi flu burung akan dimusnahkan.

Sementara itu tidak akan ada kompensasi yang diberikan untuk para peternak yang itiknya terkena depopulasi. "Memang tidak ada anggaran untuk kompensasi, kami hanya lakukan komunikasi, memberi edukasi dan informasi kepada peternak untuk depopulasi itik," ujar Direktur Kesehatan Hewan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian Pujiatmoko, Kamis (13/12).

HIMPULI menyatakan menolak tegas rencana ini. Depopulasi menurut HIMPULI akan menghilangkan sumber daya genetik dan menyebabkan kerugian yang luar biasa bagi peternak itik. "Apalagi peternak tidak dapat kompensasi," ujar Ketua HIMPULI, Ade Zulkarnaen, Kamis (13/12).

HIMPULI belum dapat melansir berapa total kerugian yang diderita jika depopulasi  dilakukan. Pasalnya, ada tiga jenis itik yang terkena dampaknya yang harus dihitung, yaitu itik petelur, itik pedaging, dan itik muda berumur 35 hari.

Satu kematian itik petelur diperkirakan mencapai Rp. 200 ribu per ekor. Sedangkan satu kematian itik pedaging mencapai Rp 40 ribu per ekor.

Sementara itu  satu ekor itik muda kerugiannya mencapai Rp 45 ribu per ekor. Ade juga  menyatakan belum ada hitungan kerugian yang pasti akibat wabah ini.

Para peternak yang panik menurut Ade sudah mulai memotong itik miliknya untuk dijual ke pasaran. Ini sudah terjadi antara lain di Kediri, Tulungagung, dan Jepara. "Mereka potong sendiri, tidak bisa kita larang," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement