REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Akademi Militer (Akmil) di Magelang dinilai sebagai salah satu kawah candradimuka terbaik sebagai tempat kelahiran calon pemimpin bangsa.
Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Tamrin Amal Tomagola menyatakan, pemimpin yang dilahirkan dari Akmil selalu menjadi pribadi disiplin dan tegas. "Doktrin yang diajarkan di Akmil membuat alumninya menjadi kader prajurit militan,"katanya dalam diskusi Solusi Krisis Kepemimpinan Nasional di Jakarta, Rabu (19/12).
Menurut Tamrin, Akmil tidak perlu diragukan lagi sebagai organisasi dalam mencetak calon pemimpin masa depan yang bermutu. Banyak lulusannya selepas menjadi jenderal mendapat tempat untuk memimpin kementerian atau lembaga tertentu.
Meski demikian, ujar Tamrin, formula yang diciptakan Akmil tidak selalu menjadi idaman rakyat. Sebagai bukti, terpilihnya Jokowi-Ahok sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI mampu meruntuhkan kebutuhan pemimpin yang memiliki ciri khas.
Gaya kepemimpinan Jokowi-Ahok, kata Tamrin, disenangi rakyat dan ini menjadi pembelajaran bahwa pemimpin tidak dilahirkan instan. Namun lahir melalui karier berjenjang.
Direktur Institut Kepemimpinan dan Sistem Politik Nasional Arbi Sanit menyarankan, perlunya dilakukan mobilisasi pemimpin lokal ke tingkat nasional. Ia menuding, krisis regenerasi pemimpin nasional di era reformasi membuktikan kegagalan sistem partai dan pemilu.
Ia memberi solusi, sesuai dengan pendekatan kepemimpinan politik dan pemerintahan setidaknya ada enam kriteria untuk mendorong seseorang menjadi tokoh nasional. Orang itu harus memenuhi profil tokoh, rekam jejak kepemimpinan, integritas, visi, popularitas, dan gaya kepemimpinan.