REPUBLIKA.CO.ID, ALEXANDRIA -- Dua hari menjelang tahap akhir referendum, situasi politik Mesir memanas. Panasnya situasi politik di Negeri Piramida tidak terlepas aksi saling dukung antara dua kolompok pendukung dan antipemerintah. Sepanjang pekan lalu, kelompok oposisi yang dimotori Front Nasional Penyelamat Mesir telah menggelar aksi demonstrasi besar-besaran untuk menentang pemberlakuan konstitusi baru.
Pada Jumat (21/12) ini, giliran pendukung pemerintah yang dimotori Ikhwanul Muslimin (IM) unjuk kekuatan. Seperti dilansir Al Arabiya, IM mengerahkan puluhan ribu massa untuk berunjuk rasa di kota Alexandria. Dalam aksinya, IM menyerukan dukungan penuh pada Presiden Mohamed Mursi.
IM balik mengecam kalangan oposisi yang mereka tuding sebagai antek barat. Aksi IM juga untuk memproteksi masjid dan pelajar yang sempat jadi sasaran kekerasan pendukung antipemerintah pekan lalu.
Di pihak lain, kelompok kecil oposisi masih turun ke jalan untuk menentang referendum konstitusi. Salah satu juru bicara Front Nasional penyelamat Mesir mengatakan. "Kami akan terus mengatakan tidak pada aturan yang tidak berkeadilan dan tidak untuk dominasi Ikhwanul Muslimin," ujarnya.
Dalam kesempatan terpisah, anggota Front Penyelamat mesir, Amr, Moussa menilai ketegangan politik Mesir tidak akan mereda selama konstitusi yang kontroversial belum dicabut.
Dua hari lagi, Mesir akan menentukan menentukan apakah akan menyetujui atau menolak konstitusi baru. IM mendukung penuh isi konstitusi, sedangkan oposisi menolak keras produk hukum tersebut. Oposisi beralasan, konstiusi baru Mesir mengekang hak dan kebebasan masyarakat.