REPUBLIKA.CO.ID, Peran pedagang sangat strategis dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara.
Menurut pakar sejarah Bondan Kanumayoso, para pedagang yang datang merupakan Muslim yang taat.
Layaknya Rasulullah dan para sahabat, mereka memiliki ilmu agama yang tinggi, tapi juga bekerja sebagai pedagang.
“Jangan membuat dikotomi antara pedagang dan ulama. Pedagang ini motor penggerak penyebaran Islam di Asia Tenggara,” ujarnya.
Dengan perdamaian Islam yang tercipta di Asia Tenggara, kata Bondan, banyak negara lain yang menjadikan wilayah tersebut sebagai percontohan. Asia Tenggara dianggap sebagai kawasan yang sangat menerapkan nilai perdamaian Islam.
“Makanya, mengapa Islam di Asia Tenggara ini seringkali menjadi percontohan, mungkin dianggap yang paling mendekati membawa keselamatan dan kedamaian,” ujarnya.
Agama perdagangan
Hal senada juga dikatakan dosen sejarah Universitas Indonesia, Linda Sunarti.
Menurutnya, Islam di Asia Tenggara merupakan agama perdagangan. Para pedagang bermain dalam proses penyebarannya.
Hal tersebut, kata Linda, dapat terlihat di beberapa wilayah Indonesia. Kota strategis perdagangan selalu memiliki nilai Islam yang kuat. Sementara, di kawasan yang tak dilalui jalur perdagangan, Islam tak tumbuh dengan subur.
“Mengapa Irian Jaya nggak Islam? Karena, bukan kota dagang. Di sana tak tersentuh para pedagang Muslim. Karena, Islam di sini memang agama perdagangan,” ujarnya.
Selain hidup dalam kondisi yang aman dan damai, Muslim di Asia Tenggara pun dinyatakan sebagai umat Islam yang paling taat. Survei Pew Research Center tahun ini menyebut, umat Islam di Asia Tenggara paling taat menjalankan ibadah.
Dalam ibadah shalat, Muslim Indonesia paling gemar beribadah di masjid. Sebanyak 72 persen Muslim Indonesia rajin mengikuti shalat jamaah di masjid. Di Malaysia pun, 63 persen Muslim gemar beribadah ke masjid.
Kemudian, dalam menunaikan puasa, 100 persen Muslim Thailand tak pernah luput menjalankan ibadah tersebut. Di Malaysia dan Indonesia 99 persen Muslim pun menunaikan puasa.
Survei yang melibatkan 5.000 koresponden Muslim Asia Tenggara tersebut juga menyatakan bahwa sembilan dari 10 Muslim Asia Tenggara rutin membayar zakat.