Senin 07 Jan 2013 16:51 WIB

Film 'Cinta tapi Beda' Dipolisikan

Cinta Tapi Beda
Cinta Tapi Beda

REPUBLIKA.CO.ID, SEMANGGI -- Film karya terbaru sutradara Tanah Air ternama Hanung Bramantyo, berjudul ''Cinta tapi Beda'' dilaporkan ke Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jaya, Senin (7/1). Film yang bertemakan kisah percintaan insan berbeda keyakinan ini, dilaporkan oleh Ikatan Pemuda Pemudi Minangkabau (IPPMI) dan Badan Koordinasi Kemasyarakatan dan Kebudayaan Alam Minangkabau (BK3AM).

Ketua tim kuasa hukum IPPMI, Zulhendri Hasan, mengatakan, pelaporan ini dilayangkan ke kepolisian, sebab disinyalir film akan menanamkan rasa kebencian dan penghinaan di muka umum terhadap etnis suku Minangkabau.

''Kami melaporkan ke Polda Metro Jaya sehubungan dengan tindakan Hanung dan kawan-kawan (termasuk produser serta pemain film) ini,'' kata Zulhendri usai membuat laporan ke Sentra Pelayanan Kepolisian (SPK), di Kantor Polda Metro Jaya, Jakarta, Senin (7/1).

Zulhendri menjelaskan, alur cerita dari film ''Cinta tapi Beda'' ini, telah menanamkan rasa kebencian tersebut. Sebab, pada dasarnya, isi film telah menyimpang dari falsafah utama etnis suku Minangkabau yaitu, ''Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah'' (Adat berlandaskan syariat, syariat berlandaskan Kitabullah).

Melalui kuasa hukumnya, IPPMI menilai, bahwa film ''Cinta tapi Beda'' memutarbalikkan fakta dan memojokkan masyarakat Minang yang kental dan identik dengan agama Islam dan adat-istiadatnya.

Di dalam film, diceritakan, pemeran utama film yang juga berlatarbelakang di Padang Sumatera Barat ini, ialah seorang perempuan yang berasal dari suku Minang. Namun menganut paham Katholik fanatik. Wanita yang sedang mengambil kuliah jurusan seni tari tersebut, diperankan oleh Agni Pratishta.

Sedangkan, tutur Zulhendri, masyarakat etnis suku Minang menganut agama Islam. Kalau orang dengar kata Minang, pasti langsung identik dengan suku Minangkabau Padang, di Indonesia, ujarnya. Keidentikan ini pula, tentu tak terlepas dengan etnis suku Minang dengan agama Islam. Hal ini lah kemudian, yang dimaksudkan IPPMI dan BK3AM, telah menggambarkan sesuatu yang bertolak belakang.

Selain itu, kegeraman komunitas masyarakat etnis suku Minangkabau juga diungkapkan, dengan potongan dialog yang ada dalam film. Dalam film, Agni yang memerankan tokoh Diana, berdialog. Ia mengatakan, bahwa masakan kegemarannya ialah babi rica-rica.

''Dialog Diana yang menuturkan masakan kesukaannya yaitu, babi rica-rica. Ini sudah termasuk menampilkan sesuatu yang bertolak belakang,'' tutur Zulhendri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement