REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Pelaku industri pariwisata Yogyakarta memprotes keras kenaikan tarif masuk ke kawasan Candi Borobudur yang kini mencapai 20 dolar AS per orang sehingga dikhawatirkan akan menurunkan daya saing pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya.
"Kenaikan tarif ini sudah yang kesekian kalinya, ini berbahaya bagi daya saing pariwisata Yogyakarta," kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (ASITA) Chapter DIY, Edwin Ismedi Himna.
Pihaknya mengkhawatirkan kenaikan tarif itu akan menjadi bumerang bagi sektor pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya khususnya dari sisi daya saing.
Imbasnya, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta bisa saja tergerus perlahan tapi pasti. "Kenaikan harga ini mestinya dikomunikasikan pada pelaku industri wisata," katanya.
Kenaikan tarif ditetapkan Rp 7.500 per orang sehingga harga yang dibebankan kepada pelaku industri wisata semakin tinggi atau mencapai Rp 142.500 dari sebelumnya Rp 135.000.
Padahal, selama ini biro perjalanan wisata telah menyepakati kontrak kerja sama hingga harga tiket masuk yang diberikan berbeda dengan harga konsumen langsung.
Namun, ia menambahkan, pengelola Candi Borobudur berdalih kenaikan nilai tukar mata uang asing dengan rupiah mendorong pengelola untuk menaikkan tarif masuk Candi Borobudur. "Apa hubungannya kurs dengan candi, kami tidak habis pikir dengan kebijakan ini," katanya.
Pihaknya memantau banyak calon wisatawan yang kini membatalkan perjalanan wisatanya ke Candi Borobudur lantaran harga tiket yang dinilainya terlampau mahal. "Harga di agen saja sudah mencapai Rp 142.500 per orang kalau harga untuk wisatawan langsung ditetapkan 20 dolar AS per orang. Banyak yang 'terpental' dalam artian tidak jadi datang ke Borobudur," katanya.
Sebelumnya per 1 Juli 2012, semua tarif tiket masuk di bawah pengelolaan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko (TWC) mengalami kenaikan.
Pada saat itu, tiket masuk Candi Borobudur naik dari 13 dolar AS menjadi 18 dolar AS, Candi Prambanan dari 10 dolar AS menjadi 15 dolar AS, dan Ratu Boko naik dari 10 dolar AS menjadi 13 dolar AS.
Dengan kenaikan lagi di awal tahun ini, tiket masuk Candi Prambanan sudah 20 dolar AS, ini harga yang tidak realistis. "Candi ini adalah milik bangsa Indonesia bukan milik perusahaan meskipun BUMN, sudah sepantasnya setiap kebijakan yang diambil memperhatikan kepentingan rakyat banyak," kata Edwin.