REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Lembaga Survei Duta Politika Indonesia memperkirakan warga yang tidak menggunakan hak pilihnya atau golongan putih (golput) dalam Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan 22 Januari 2013 akan lebih besar dari pilgub sebelumnya.
"Kami memperkirakan warga yang tidak akan memilih atau golput pada hari pencoblosan besok, Selasa (22/1), itu akan lebih besar jika dibandingkan dengan pilkada pada 2007," ujar Direktur Eksekutif Duta Politika Indonesia Dedi Alamsyah Mannaroi di Makassar, Senin (21/1).
Ia memperkirakan jumlah golput akan mencapai 20 persen dari total pemilih Sulsel yakni sekitar 6,28 juta orang yang tersebar di 24 kabupaten dan kota. Perkiraan jumlah golput itu berdasarkan dari pengalaman pilgub pada 2007 yang jumlah golputnya melampaui angka 20 persen.
Ia mengungkapkan, jumlah wajib pilih masyarakat Sulsel pada 2007 sekitar 5,3 juta orang dan yang menggunakan hak pilihnya hanya 3,6 juta lebih. Bahkan pemenang saat itu, Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu'mang (Sayang), hanya mengumpulkan suara sebanyak 1,42 juta atau sekitar 39,52 persen.
"Kalau melihat pengalaman Pilkada 2007, bukan Syahrul dan Agus yang memenangkan pilkada tapi golput yang menang karena jumlah yang golput lebih besar dibandingkan pemenang. Kita lihat saja perbandingannya, Sayang mengumpulkan 1,42 juta sedangkan warga yang golput itu 1,59 juta. Sangat jelas kan perbedaannya," ungkapnya.
Mantan jurnalis itu mengatakan, berdasar hasil survei yang dilakukan pihaknya, khususnya di Makassar, jumlah wajib pilih yang masuk kategori massa mengambang atau swing voter sebanyak 33 persen.
Dari 33 persen itu terbagi dalam dua kategori yakni pemilih cerdas dan apatis atau yang memilih golput karena keinginan sendiri serta pemilih yang tidak mendapatkan haknya untuk memberikan suara di tempat pemungutan suara (TPS).
Untuk pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya, kata Dedi, bukan dikarenakan tidak terdaftar tetapi disebabkan oleh sistem dari penyelenggara pilkada yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Contoh warga yang golput karena sistem di antaranya karena wajib pilih yang tidak mendapatkan kartu pemilih," katanya.
Menurut dia, persentase peningkatan golput pada Pilkada 2013 ini cukup realistis jika melihat sistem yang dikeluarkan KPU Sulsel dengan tidak menyediakan bilik suara di tempat-tempat seperti rumah tahanan dan rumah sakit.