Rabu 02 Oct 2024 19:14 WIB

'Gercos, Gerakan Coblos Semua Muncul Akibat Kekecewaan Masyarakat'

Fenomena gercos terjadi di Pilkada 2024, khususnya untuk DKI Jakarta.

Red: Andri Saubani
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Pengamat politik yang merupakan Peneliti Utama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Prof R Siti Zuhro berpendapat gerakan coblos semua (gercos) yang marak di media sosial merupakan bentuk kekecewaan dari masyarakat. Fenomena gercos terjadi di Pilkada 2024, khususnya untuk DKI Jakarta.

“Tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Jadi ini hukum sebab akibat. Masyarakat kurang percaya meskipun tidak semuanya. Komunitas yang menyatakan gercos itu tadi ada kekecewaan, ada ketidakpuasan. Kompetisi kontestasi kok dirasakan tidak adil, tidak setara. Maka mereka ini ingin meluapkan itu,” kata Situ Zuhro saat dihubungi di Jakarta, Rabu (2/10/2024).

Baca Juga

Kendati demikian, dia menilai hal ini masih dalam proses. Masih ada kemungkinan masyarakat akan menentukan pilihan dari ketiga pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Masyarakat tetap akan memilih, asalkan, para paslon bisa turun secara langsung meyakinkan masyarakat untuk memilih mereka sehingga asumsi-asumsi yang beredar tidak terjadi. Oleh sebab itu, dia mengatakan penentuan kemana suara-suara masyarakat akan berlabuh tergantung dari paslon mana yang berhasil meyakinkan masyarakat.

“Kayaknya perseorangan kecil ya. Sekarang apakah Pram-Rano bisa menggoda suara-suara yang ingin gercos? Tergantung pendekatannya,” kata Siti.

Di sisi lain, akademikus sekaligus pengamat politik dari Universitas Andalas (Unand) Prof. Asrinaldi mengatakan, agar gerakan coblos semua paslon tidak benar-benar terjadi di Pilkada 2024, Asrinaldi mengatakan pihak Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) harus gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Selain itu, lanjut Asrinaldi, tentu harus ada upaya yang maksimal juga dari para paslon untuk mengimbau pendukungnya agar tidak terpengaruh dengan ajakan tersebut.

“Karena kekuatan media sosial itu pengaruhnya sangat tinggi ya. Jadi mau tidak mau baik KPU, paslon, parpol itu berusaha untuk meyakinkan bahwa bagaimanapun yang terbaik adalah dengan memilih pasangan calon yang benar-benar disukai dan diyakini akan amanah,” kata Asrinaldi.

photo
Jadwal Pilkada Serentak 2024 - (Infografis Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement