REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Pasokan daging sapi ke wilayah Kabupaten Cirebon, hingga kini masih sulit. Para pedagang pun mengeluhkan kondisi itu karena dapat mengancam kelangsungan usaha mereka.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Rumah Pemotongan Hewan (RPH), Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan (PPPK) Kabupaten Cirebon, Muhamad Setia Budi, menjelaskan, dalam kondisi normal, sapi yang masuk bisa mencapai 130 ekor per hari. Namun kini, sapi yang masuk hanya sekitar 50 ekor per hari.
''Itu berarti terjadi penurunan hingga lebih dari 50 persen,'' ujar Setia, Selasa (22/1).
Setia menyebutkan, menurunnya pasokan sapi itu sudah berlangsung sejak Desember 2012 lalu. Namun, kondisinya semakin parah saat memasuki Januari 2013.
Menurut Setia, pasokan sapi ke Kabupaten Cirebon selama ini berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun kini, Jawa Timur membuat kebijakan pembatasan pengiriman pasokan sapi keluar daerah.
''Ya jelas kebijakan itu sangat terasa dampaknya karena lebih dari 50 persen pasokan sapi berasal dari Jawa Timur,'' kata Setia.
Kondisi itupun dikeluhkan para pedagang daging sapi di sejumlah pasar tradisional. Pasalnya, selain pasokan langka, harga daging sapi juga melonjak.
''Tapi kami tidak bisa menaikkan harga karena akan membuat konsumen lari dan kami bisa bangkrut,'' keluh seorang pedagang daging sapi di Pasar Kanoman Kota Cirebon, Kholis.
Kholis menyebutkan, sudah hampir sepuluh hari ini pemasok menaikan harga antara Rp 2.000 - Rp 4.000 per kg. Namun, dia berusaha tetap menjual harga dengan harga standar.
Untuk daging murni alias super, Kholis menjual dengan harga Rp 85.000 per kg. Sedangkan KW 2, harganya Rp 75.000 per kg.